Jakarta (Lampost.co) — Harga emas dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah menyentuh US$3.000 per troy ons pada perdagangan Selasa (18/3/2025). Harga logam mulia tetap menunjukkan tren kenaikan yang kuat meski akhirnya terkoreksi tipis.
Berdasarkan data Refinitiv, harga emas dunia turun 0,11% di level US$2.984 per troy ons pada penutupan perdagangan sebelumnya. Namun, dalam sepekan terakhir, harga emas masih menguat 2,53% dari posisi US$2.910 per troy ons.
Mengutip Kitco.com, pasar emas mengalami lonjakan signifikan setelah menembus berbagai level resistensi utama. Setelah berhasil melewati US$2.700 dan US$2.800, harga emas terus melaju tanpa koreksi besar.
Menurut analis komoditas di Macquarie, harga emas berpotensi mencapai US$3.500 per troy ons pada kuartal ketiga 2025. Mereka merevisi perkiraan sebelumnya setelah target US$3.000 tercapai lebih cepat dari ekspektasi.
Sementara itu, Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, menilai setiap koreksi harga emas adalah peluang beli. Ia memperkirakan emas akan menetapkan kisaran perdagangan baru di atas US$3.000 per troy ons sepanjang tahun ini.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Para analis melihat kenaikan harga emas saat ini bukan sekadar dorongan teknis. Namun, atas dasar kondisi makroekonomi global. Ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang membuat emas semakin menjadi incaran sebagai aset lindung nilai.
George Milling-Stanley, Kepala Strategi Emas di State Street Global Advisors, mengatakan investor mulai beralih ke emas sebagai safe haven di tengah volatilitas pasar keuangan.
Selain itu, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) berbasis emas di Amerika Utara mencatat arus masuk terbesar sejak Juli 2020, menandakan meningkatnya minat investor terhadap emas.
Namun, beberapa analis menilai peralihan penuh ke emas belum terjadi sepenuhnya karena pasar ekuitas masih dalam fase koreksi. Permintaan emas pun bisa melonjak lebih tinggi jika sentimen pasar berubah lebih negatif.