Bandar Lampung (Lampost.co) – Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa) menilai bahwa isu adanya ‘Matahari Kembar’. Ini mencerminkan persepsi publik terhadap hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi).
Kemudian menurut Hensa, persepsi ini muncul sebagai respons masyarakat terhadap interaksi dan sikap para elit politik. Khususnya antara Jokowi dan Prabowo.
Sementara pernyataan Prabowo yang meminta kabinetnya untuk merapatkan barisan turut memicu spekulasi. Bahwa langkah tersebut merupakan respons terhadap isu “Matahari Kembar”.
“Wajar kalau kemudian ada persepsi publik tentang matahari kembar. Kemudian wajar juga ada persepsi publik soal pernyataan pak Prabowo merapatkan barisan. Itu adalah untuk merespon isu matahari kembar itu,” ujar Hensa mengutip Media Indonesia, Rabu, 23 April 2025.
Lalu Hensa menyoroti pernyataan merapatkan barisan sebagai respons strategis yang mencerminkan latar belakang militer Prabowo. Dalam konteks politik, istilah ini mengesankan adanya ancaman atau gangguan yang perlu terantisipasi.
“Merapatkan barisan itu kan seperti ada musuh yang akan mau ngeganggu, musuh ada yang mau nyerang. Prabowo sebagai militer kan punya insting pertahanan yang kuat,” jelas Hensa.
Lebih lanjut, Hensa menegaskan bahwa isu ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi penonton pasif. Tetapi juga aktif mengawasi perilaku elit politik. Ia melihat, publik kini semakin kritis terhadap dinamika hubungan antara Jokowi dan Prabowo. Serta sikap para pejabat sekitar mereka.
“Jadi menurut saya, ini masukan saja buat pemerintah bahwa publik itu mengawasi apa yang terjadi pada elite itu. Apa yang terjadi antara Prabowo dengan Jokowi. Apa yang terjadi dengan perilaku para pejabat ke Jokowi dan ke Prabowo,” ungkap Hensa.
Konsolidasi Politik
Kemudian Hensa menyarankan agar pemerintah lebih serius dalam melakukan konsolidasi politik. Terlebih untuk menjaga soliditas di tengah gejolak persepsi publik. Menurutnya, isu Matahari Kembar, meskipun berbasis persepsi. Itu dapat mempengaruhi stabilitas politik jika tidak terkelola dengan baik.
“Merapatkan barisan untuk lebih solid itu perlu tergarap lagi dengan lebih serius. Ini agar terjadi konsolidasi politik yang efektif serta menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintah,” pungkas Hensa.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan dirinya jadi presiden bukan hasil minta-minta. Ia mengaku menjadi presiden untuk membantu masyarakat. Hal itu terungkapkan Prabowo saat meninjau langsung proyek pengembangan lahan pertanian di daerah Sumatera Selatan, Rabu, 23 April 2025.
“Saya menjadi Presiden sebuah negara yang bukan minta-minta, tapi membantu saudara-saudara yang lain. Saya ingin ucapkan terima kasih kepada semua unsur. Menteri Pertanian dan semua jajarannya, semua stakeholders, semua unsur,” ucap Prabowo.
Sebelumnya, Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo alias Jokowi menjawab isu adanya matahari kembar. Itu termaknai sebagai dua kekuatan penguasa, yakni Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto.
“Kan sudah saya sampaikan bolak balik, tidak ada matahari kembar. Matahari hanya satu, yaitu Presiden Prabowo Subianto,” tutur Jokowi di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 22 April 2025.