Bandar Lampung (Lampost.co) – Stasiun Klimatologi Lampung menganalisis bahwa sebagian wilayah di provinsi ini akan mengalami musim kemarau dengan sifat lebih basah dari biasanya. Artinya, meskipun sudah memasuki musim kemarau, curah hujan masih berpotensi lebih tinggi bila membandingkan kondisi normal.
Wilayah yang diperkirakan mengalami hujan meskipun berada di musim kemarau meliputi Lampung Barat, Tulangbawang Barat, Pesawaran, Pringsewu, dan Lampung Utara. Selain itu, sebagian wilayah Lampung Tengah, Way Kanan, Mesuji, Tulangbawang, Lampung Timur, dan sekitarnya juga berpotensi mengalami kondisi serupa.
Baca juga: Waspada! BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Lampung 14–16 Mei 2025
Akibatnya, hujan lokal hingga badai petir masih bisa terjadi selama masa pancaroba. Cuaca tidak akan sekering biasanya meskipun sedang musim kemarau.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung, Rudi Harianto, menjelaskan bahwa musim kemarau di Lampung belum terjadi secara merata. Ia menilai kondisi tersebut menjadi penyebab terjadinya hujan dalam beberapa hari terakhir.
“Saat ini belum semua wilayah memasuki awal musim kemarau. Kita masih berada dalam masa pancaroba, sehingga potensi hujan masih ada,” ujarnya saat diwawancarai oleh Lampost.co pada Selasa, 13 Mei 2025.
Ia menjelaskan bahwa musim kemarau telah mulai terjadi sejak April di wilayah Lampung Selatan, Pesawaran, dan Pringsewu. janMemasuki Mei, musim kemarau secara bertahap mulai terjadi di Bandar Lampung, Metro, Lampung Timur, Tulangbawang, Mesuji, Tanggamus, dan Way Kanan.
“Pada Juni nanti, perkiraan musim kemarau akan terjadi di Pesisir Barat, Lampung Barat, Tulangbawang Barat, Lampung Utara, dan Lampung Tengah,” tambahnya.
Puncak Kemarau Berlangsung Bertahap
Ia juga menyampaikan bahwa puncak musim kemarau akan berlangsung secara bertahap mulai Juni hingga September, dimulai dari wilayah selatan.
Rudi mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem.
Di sektor pertanian, ia menyarankan para petani agar menyesuaikan jadwal tanam berdasarkan prediksi awal musim kemarau di masing-masing daerah. Ia juga menganjurkan penggunaan varietas tanaman tahan kering dan pengelolaan air secara lebih efisien.
“Sektor kebencanaan juga perlu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di daerah rawan,” pungkasnya.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News