Bandar Lampung (Lampost.co) – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding mendorong salah satu terobosan yang akan dilakukan yakni membentuk kelas migran di seluruh SMA dan SMK di Lampung.
Ia mengatakan persiapan modul kurikulum secara khusus untuk membekali siswa dengan kompetensi sebagai calon pekerja migran Indonesia (PMI).
“Sekolah yang jumlah siswanya sedikit akan bergabung dan menjadi pusat pelatihan vokasi dalam pembelajaran kompetensi PMI,” katanya saat berkunjung ke Provinsi Lampung, Jumat, 16 Mei 2025.
Ia menarget hal itu mulai tahun ajaran baru. “Kami akan manfaatkan sarana dan tenaga pendidik yang ada. Dan bila perlu mendatangkan pengajar dari luar daerah atau luar negeri,” katanya.
Ia mengatakan permintaan tenaga kerja dari luar negeri saat ini mencapai 1,5 juta orang. Namun baru sekitar 297 ribu yang berhasil berangkat tahun lalu. “Artinya kita bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja untuk bekerja ke luar negeri,” katanya.
Adapun ia mengatakan negara tujuan untuk bekerja di luar negeri cukup banyak dan menjadi peluang yang tersebar di Asia, Eropa, Amerika, hingga Afrika, dengan dominasi di Malaysia, Taiwan, Hongkong, Jepang, Korea, Belanda, dan Jerman.
“Permintaan pekerjaan dari luar negeri yang sekarang tercatat di kementerian ada 1,5 juta dan tahun lalu kita baru mengisi 297 ribu. Artinya ada ruang lowongan kerja yang belum kita isi sehingga caranya adalah dengan melatih dan butuh keterampilan serta bahasa,” kata dia.
Ia juga akan meminimalisir pengiriman PMI secara non-prosedural, dimana akan menggandeng lintas kementerian, pemprov, pemkab, hingga pemerintah desa.
“Setiap desa direncanakan membentuk Satgas Anti-Calo untuk memastikan proses pemberangkatan berjalan sesuai aturan. Kita harus melakukan kampanye besar-besaran,” katanya. (Ati)
Biaya Lebih Terjangkau
Tujuannya agar biaya pemberangkatan pekerja migran menjadi lebih terjangkau dan kualitasnya meningkat.
Abdul Kadir Karding menambahkan, Provinsi Lampung menargetkan penempatan pekerja migran antara 20 ribu hingga 30 ribu orang per tahun. Potensi tersebut dapat menjadi ujung tombak keberhasilan di daerah.
“Contohnya Desa Bumi Daya di Lampung Selatan, yang memiliki 2 ribu penduduk, dengan 250 orang menjadi pekerja migran. Desa ini mampu mengirimkan uang hingga Rp500 juta setiap bulan,” tuturnya.