Jakarta (Lampost.co)-— Ahmad Dhani, musisi legendaris sekaligus pencipta lagu Roman Picisan, baru-baru ini membongkar sebuah fakta menarik yang belum pernah terungkap ke publik sebelumnya terkait lirik lagu tersebut.
Dalam sebuah sesi podcast yang dipandu oleh Soleh Solihun dan Ari Lesmana, Ahmad Dhani mengungkapkan bahwa ada satu bait lirik dalam lagu Roman Picisan yang berubah dari versi aslinya saat dinyanyikan oleh Once Mekel, vokalis Dewa 19 pengganti Ari Lasso.
Awalnya, Ahmad Dhani menulis bait lirik Roman Picisan sebagai berikut:
“malam-malamku bagai malam seribu bulan”
Namun, dalam versi resmi yang rilis dan populer hingga kini, bait tersebut berubah menjadi:
“malam-malamku bagai malam seribu bintang”
Dhani menjelaskan dalam podcast tersebut, Senin (26/5), bahwa lirik aslinya memang mengacu pada “malam seribu bulan,” sebuah referensi kepada malam Lailatul Qadar yang sangat istimewa dalam tradisi Islam. Menurut Dhani, malam seribu bulan memiliki makna spiritual yang dalam dan kerap menjadi inspirasi dalam karya-karyanya.
“Ini tuh harusnya bulan, jadi ‘malam-malamku bagai malam seribu bulan’ harusnya begini,” jelas Ahmad Dhani dengan tegas.
Namun, perubahan tersebut terjadi tanpa Ahmad Dhani sadari sendiri saat lagu itu yang menyanyikan oleh Once Mekel. Dhani menuding bahwa Once lah yang membuat perubahan lirik secara tidak sengaja.
“Kenapa jadi bintang? Ini Once yang salah kayaknya,” ungkap Dhani sambil tertawa kecil.
Arti dan Makna Lagu Roman Picisan
Soleh Solihun yang menjadi host dalam podcast tersebut kemudian mencoba memberikan dugaan mengapa hal itu bisa terjadi.
Menurut Soleh, kemungkinan besar Once Mekel, yang beragama Kristen, tidak mengetahui arti dan makna malam seribu bulan atau Lailatul Qadar dalam Islam. Maka dari itu, Once secara naluriah mengubah lirik tersebut menjadi “malam seribu bintang,” yang menurutnya lebih masuk akal secara logika, karena langit malam memang bertabur bintang.
“Karena Once Kristen, Once nggak tahu Lailatul Qadar,” ujar Soleh Solihun menebak.
Ahmad Dhani pun mengiyakan dugaan itu. Ia menambahkan bahwa selama ini ia kerap mendapat inspirasi dari nilai-nilai dan simbol dalam Islam saat membuat lirik lagu.
“Harusnya sih malam seribu bulan. Gue sebagai penulis lirik yang selalu mencontek Islam ya, harusnya ini malam seribu bulan, malam Lailatul Qodar,” tambah Dhani.
Perubahan Lirik yang Masuk Akal
Lebih jauh, Soleh menjelaskan bahwa perubahan lirik itu sebenarnya masuk akal dari sudut pandang Once sebagai penyanyi. Menurutnya, kalau mendengar “malam seribu bulan,” bagi yang tidak memahami referensi Islam, kalimat itu terasa kurang masuk akal. Sedangkan “malam seribu bintang” terdengar lebih natural dan mudah menerima secara imajinatif oleh pendengar umum.
“Kalau seribu bintang, kan mungkin bertabur bintang,” jelas Soleh.
Meski begitu, pada akhirnya Dewa 19 sepakat untuk menggunakan lirik “malam seribu bintang” dalam versi resmi lagu Roman Picisan yang rilis ke publik dan menjadi hits. Hal ini membuat perubahan tersebut tetap melekat di benak para penggemar hingga sekarang.
“Ini pasti Once yang salah,” timpal Ahmad Dhani kembali dengan candaan.
Pengungkapan ini tentu menjadi catatan menarik bagi para pencinta musik dan penggemar Dewa 19. Lagu Roman Picisan yang telah menjadi salah satu karya ikonik band ini ternyata menyimpan cerita unik di balik liriknya yang selama ini dianggap sakral dan indah.
Selain kisah lirik, podcast tersebut juga menjadi ruang bagi Dhani untuk berbagi berbagai cerita menarik seputar proses kreatifnya dalam berkarya, serta pengaruh budaya dan agama dalam membentuk lagu-lagu legendarisnya.
Dengan pengungkapan ini, Ahmad Dhani sekaligus memperlihatkan sisi humanis di balik kesempurnaan musik yang kita dengar sehari-hari. Perubahan kecil seperti ini menunjukkan betapa dinamisnya proses produksi musik, yang terkadang dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang budaya dan interpretasi pribadi dari para musisi yang terlibat.