Bandar Lampung (Lampost.co) — Jodoh 3 Bujang mengikuti kisah tiga saudara laki-laki dari Makassar, yaitu Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong).
Ketiganya berniat melangsungkan pernikahan secara bersamaan demi menghemat biaya. Hal itu sesuai tradisi local, yaitu Mappabotting Kambara atau nikah kembar. Namun, niat itu gagal total ketika Fadly mengetahui sang pacar dilamar pria lain yang lebih mapan.
Ayah mereka marah besar dan menuntut Fadly mencari pengganti dalam waktu singkat. Kondisi itu memicu kekacauan sekaligus menghadirkan beragam situasi kocak dan haru dalam keluarga.
Apa Saja Tradisi Lokal dalam Film Jodoh 3 Bujang?
Film itu mengangkat budaya Sulawesi Selatan, khususnya pernikahan kembar dalam adat Bugis-Makassar. Tradisi Mappabotting Kambara dilakukan saat satu anak dilamar, maka saudara lainnya juga harus segera menikah.
Tujuannya untuk efisiensi biaya dan menjaga nama baik keluarga dalam masyarakat. Film itu menjadikannya latar budaya yang kental dan jarang tereksplor di film Indonesia modern.
Siapa Saja Pemain dan Sutradara di Balik Film Ini?
Film garapan Arfan Sabran, sutradara yang sebelumnya terkenal lewat dokumenter peraih Piala Citra FFI 2022. Jodoh 3 Bujang menjadi debut film panjang fiksi pertamanya.
Pemeran utama antara lain Jourdy Pranata, Christoffer Nelwan, Rey Bong, dan komika Musdalifah Basri. Jourdy sempat kesulitan berbahasa Bugis karena latar Minang dan lama tinggal di Jakarta. Namun, ia berusaha menyesuaikan diri agar peran terasa autentik.
Film itu bukan sekadar komedi slapstick. Alur cerita menyatukan humor segar dengan dinamika keluarga menjelang pernikahan.
Penonton akan tertawa sekaligus merenung tentang tekanan sosial, ekspektasi keluarga, dan tradisi lokal yang melekat kuat. Kehadiran Musdalifah Basri memberi warna humor yang khas dan natural.
Gala premiere Jodoh 3 Bujang mendapatkan sambutan meriah dengan nuansa adat Makassar. Seluruh pemain mengenakan busana tradisional saat acara pemutaran perdana.
Hal itu mempertegas komitmen film untuk mengangkat budaya lokal ke layar nasional. Reaksi penonton juga sangat positif karena film itu mengangkat kisah yang dekat dan relevan, tetapi jarang tampil.
Jodoh 3 Bujang tidak hanya menyajikan hiburan, tapi juga memperkenalkan tradisi unik Indonesia. Film itu jadi bukti kisah lokal bisa terkemas modern dan menyentuh semua kalangan.