Bandar Lampung (Lampost.co) – Olahraga padel kini mulai menyita perhatian masyarakat Indonesia, termasuk di Lampung. Popularitasnya meningkat drastis dalam satu tahun terakhir, terutama setelah sejumlah artis ibukota aktif memainkannya dan membagikan aktivitas tersebut di media sosial.
Fenomena ini tak hanya berhenti di Jakarta.
Antusiasme pun menular ke berbagai daerah, termasuk Bandar Lampung. Seiring tren tersebut, sejumlah komunitas padel mulai bermunculan meski tergolong baru. Salah satu yang menarik perhatian adalah 90s Padel Klub, komunitas yang terbentuk dari sekumpulan teman dengan minat serupa terhadap olahraga yang kerap dijuluki mini tenis ini.
Komunitas ini resmi berdiri pada 15 Juni 2025. Menurut Ahlan Rifai, salah satu pendirinya yang juga seorang masinis asal Purwokerto dan kini bertugas di Lampung, kehadiran klub padel masih tergolong langka di provinsi ini.
“Sampai saat ini, saya baru mengetahui ada empat klub padel di Lampung. Semuanya terbentuk hampir bersamaan, mungkin hanya berselisih hitungan hari dengan 90s,” jelas Ahlan.
Ia menjelaskan, padel merupakan olahraga kombinasi antara tenis dan squash. Teknik permainan dan sistem skornya menyerupai tenis, namun ukuran lapangannya lebih kecil—yakni 20 x 10 meter—keliling oleh dinding kaca. Dinding belakang sepenuhnya tertutup, sementara sisi samping hanya setinggi empat meter.
“Perbedaan utama terletak pada servis. Kalau tenis bola lempar ke atas, padel justru pantulkan ke bawah dan pukul sebelum melewati lutut,” lanjutnya.
Ahlan mengakui, ketertarikannya pada padel bermula dari tren media sosial. Ia mengikuti tren karena banyak artis memainkannya. Namun, setelah melihat teman-teman sekitarnya mulai tertarik, semangatnya pun tumbuh.
“Padel terasa lebih mudah pelajari dari tenis. Jadi meskipun baru, tak sulit untuk menikmatinya,” katanya. Meskipun makin terkenal, sebagian masyarakat masih menganggap padel sebagai olahraga kelas atas. Padahal menurut M. Taufik Ronjani, rekan Ahlan di 90s Padel Klub, padel sebetulnya bisa dinikmati siapa saja. Peralatannya memang tidak murah, tetapi banyak penyedia lapangan yang juga menyewakan raket bagi pemula.
“Raket lokal dibanderol sekitar Rp800 ribu, sedangkan produk luar bisa mencapai Rp1,4 juta,” jelas Taufik.
Butuh Perhatian Pemerintah
Lebih lanjut, ia berharap padel terus berkembang dan mendapat perhatian dari pemerintah. Saat ini, olahraga ini sudah memiliki federasi resmi meskipun masih terbilang muda. Dukungan pemerintah bisa mempercepat pengakuannya sebagai cabang olahraga (cabor) dalam kompetisi resmi.
Hingga pertengahan Juli 2025, Nineties Padel Klub telah memiliki 60 anggota aktif. Mereka rutin berlatih dan berkumpul sekali setiap minggu. Komunitas ini pun terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung.
“Kalau ingin ikut, bisa langsung hubungi kami lewat Instagram @90padelclub,” pungkas Ahlan. (Umar Robbani)