Jakarta (Lampost.co) — Dokter Residen Gizi Klinik Universitas Indonesia (UI) dr. Nadhira Afifa, menyarankan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) perlu orang tua ajarkan kepada anak. Terutama ketika anak-anak mulai mandiri dalam keseharian.
Nadhira menjelaskan, idealnya untuk memperkenalkan PHBS sejak anak masuk sekolah dasar (SD), yakni mulai usia 6 tahun atau boleh lebih cepat.
“PHBS ini sebenarnya utamanya untuk anak-anak usia sekolah, karena biasanya mereka sudah dikasih untuk makan bekal sendiri. Ini kalau bisa dari early mungkin, biasanya usia SD,” kata Nadhira usai acara diskusi mengenai PHBS di Jakarta, Selasa, 15 Juli 2025, melansir Antara.
Baca Juga:
Dokter: Pola Makan Anak Tidak Dianjurkan hanya Fokus pada Karbohidrat
Dokter yang juga lulusan Master of Public Health dari Harvard University itu mengatakan, penerapan PHBS pada anak bisa kita mulai dengan mengajarkan. Seperti membiasakan tujuh langkah cuci tangan yang benar.
Dalam mendukung perilaku tersebut, orang tua juga perlu menerapkannya agar anak bisa mencontoh secara langsung di rumah.
“Jadi bukan cuma secara teori, tapi memang orang tua juga menerapkan, jadi anaknya mengikuti,” harapnya.
Dalam mengajarkan PHBS kepada anak, Nadhira menyarankan agar orang tua untuk mengutamakan penggunaan air dan sabun dari pada tisu basah atau hand sanitizer.
Kemudian untuk anak perempuan yang sudah memasuki usia produktif juga perlu mendapat edukasi tentang penggunaan pembalut wanita saat menstruasi. Serta membiasakan anak menggunakan toilet yang layak saat buang air kecil maupun besar.
“Perilaku membiasakan kalau buang air kecil atau buang air besar, itu memang dilakukan di toilet yang proper. Mungkinkan di daerah juga masih ada yang di jamban. Terus membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah,” ujarnya.
Sekitar 50–60 Persen
Sebelumnya, Ketua Tim Kerja Partisipasi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Ira Octaviana Madjid, mengatakan berdasarkan data menunjukkan bahwa hanya sekitar 50–60 persen masyarakat Indonesia yang menerapkan PHBS.
Dalam upaya mendukung perilaku tersebut perlu melalui edukasi hingga dukungan nyata dalam bentuk sarana dan prasarana. Oleh karena itu, perlunya keterlibatan lintas sektor dalam upaya mendukung PHBS.
“Kita memang harus bersama-sama berkolaborasi untuk bagaimana kita bisa menciptakan satu kondisi lingkungan yang kondusif untuk terjadinya perubahan perilaku,” ujarnya.