Jakarta (Lmapost.co) – Film animasi Merah Putih: One For All menghebohkan publik menjelang HUT ke-80 RI. Film ini dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025. Rumah produksi Perfiki Kreasindo menghabiskan anggaran sekitar Rp6,7 miliar untuk pembuatan film berdurasi 70 menit ini.
Poin Penting
- Film animasi Merah Putih: One For All tayang pada 14 Agustus 2025 menjelang HUT ke-80 RI.
- Biaya produksi film sekitar Rp6,7 miliar, dengan pengerjaan singkat mulai Juni 2025.
- Sutradara Hanung Bramantyo menyatakan film animasi idealnya butuh biaya Rp30-40 miliar dan pengerjaan 4-5 tahun.
- Toto Soegriwo dan Sonny Pudjisasono bertindak sebagai produser utama dan eksekutif.
Meski biaya besar, pengerjaan film hanya berlangsung kurang dari satu bulan mulai Juni 2025.
Situasi ini memicu kritik pedas netizen, mereka menyoroti kualitas animasi yang dianggap kurang maksimal. Banyak yang membandingkannya dengan animasi lain seperti Jumbo yang punya kualitas lebih tinggi.
Baca juga : Kris Dayanti Kuliah S1 di Usia 50, Ini Alasannya
Sutradara Hanung Bramantyo angkat suara melalui media sosial Thread.
Menurut Hanung, produksi film animasi butuh biaya minimal Rp30-40 miliar dan waktu pengerjaan 4-5 tahun. Ia menilai anggaran Rp6-7 miliar hanya cukup sampai tahap Previs, yakni storyboard bergerak sebagai panduan animator. Jika tayangan film masih setara tahap Previs, penonton akan alami resistensi karena kualitas kurang baik.
Film ini digarap oleh Perfiki Kreasindo di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail. Produser utama adalah Toto Soegriwo dan Sonny Pudjisasono sebagai produser eksekutif. Endiarto dan Bintang Takari menjadi sutradara sekaligus menulis skenario dan mengerjakan animasi visual utama.
Netizen Kritis Film Animasi Merah Putih: One For All Karena kekakuan animasi
Menanggapi kritik, Toto Soegriwo menyatakan santai dan menganggap komentator lebih pandai dari yang bermain. Ia juga menyebut komentar menjadi viral dan memberi manfaat tersendiri bagi film tersebut.
Kontroversi biaya dan kualitas film Merah Putih: One For All memicu diskusi panjang tentang standar industri animasi Indonesia. Hanung Bramantyo menegaskan bahwa produksi animasi memerlukan investasi besar dan waktu lama agar berkualitas. Publik kini menunggu respons resmi dari pihak produksi terkait kualitas dan penggunaan anggaran film ini.