Kotabumi (Lampost.co) – Sebanyak 16 pelajar mengalami gejala keracunan massal, Jumat, 29 Agustus 2025. Itu terjadi pasca menyantap makanan berupa “mie ayam” dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolahnya, Kecamatan Sungkai Jaya, Kabupaten Lampung Utara.
Mereka terdiri dari 15 berasal jenjang SD dan sisanya SMP. Dari jumlah tersebut, 4 orang masih mendapatkan perawatan intensif oleh Puskesmas Rawat Inap Cempaka. Lalu tiga sudah mulai siuman, tinggal menyisakan satu lumayan terdampak.
Berdasarkan pengakuan siswa kelas 6 asal SDN 1 Negara Agung, IR (12). Sambil menahan sakit ia menyebut mengalami gejala mual, pusing sampai dengan muntah – muntah setelah makan makanan tersebut. Setelah mengalami keluhan tersebut, ia mendapat pertolongan pada fasilitas kesehatan terdekat dari sekolahnya.
“Pertama pening, lalu mual dan muntah – muntah,” keluhnya sembari menahan sakit.
Kemudian hal serupa terasakan teman satu sekolah berasal dari kelas 3, SW. Ia merasa seluruh badan sakit pasca makan makanan dari sekolah dalam program MBG. “Ya sama om, pertama rasanya perut sakit, lalu mual – mual dan sakit kepala,” timpalnya.
Sementara salah satu orang tua siswa anaknya berasal dari kelas 3 SMP Negeri 1 Sukajaya, Erim. Ia mengaku cukup prihatin dengan kondisi anaknya. Apalagi pasca menyantap hidangan berasal dari program MBG besutan Prabowo Subianto itu.
Sebab, ia menilai panganan untuk siswa makan siang gratis kurang higienis kemudian tidak sesuai dengan kondisi tubuh-nya. “Anak makan siang bukan mendapatkan nasi atau panganan mengenyangkan lainnya. Ini malahan dikasih mie. Kan biasanya nggak pernah begitu,” katanya.
Ketika Mengemas Makanan
Selanjutnya ia mengatakan, kemungkinan saat pengemasan kondisi makanan panas. Makan itu langsung terkemas dengan bahan kotak makanan terbuat dari besi alumunium. “Harusnya-kan didinginkan terlebih dahulu baru dikemas. Sehingga menyebabkan makanan menjadi beracun,” ujarnya.
Lalu para orang tua berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali. Pihaknya ingin program tersebut meningkatkan kembali pengawasan-nya oleh pihak terkait. Sehingga wali murid dapat merasa tenang anaknya bersekolah.
“Dengan kejadian ini kami merasa was-was dan trauma. Anak sekolah itu biar cerdas, ini bukannya kepintaran kita dapat, malah sakit
Bagaimana anak mau pintar kalau begini,” katanya.
Kemudian saat coba mengkonfirmasi pihak SPPG dan pemilik dapur selaku pihak berwenang dalam pelaksana MBG sekolah. Namun belum dapat ditemui serta terkonfirmasi. Mereka sedang sibuk melakukan pembenahan pada lapangan dan menerima tamu.