Bandar Lampung (Lampost.co) — Polda Lampung memaparkan modus seorang pemuda yang membawa bom molotov untuk aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Lampung, Senin, 1 September 2025.
Sementara pelaku berinisial FJ (23) telah tertetapkan sebagai tersangka setelah kedapatan membawa molotov Jalan Raden Intan, Tanjung Karang, Kecamatan Enggal. Polisi menyebut, FJ merupakan otak perakitan molotov dan mengajak sejumlah anak berhadapan dengan hukum (ABH) untuk ikut aksi tersebut.
Hal tersebut tersampaikan oleh Dirreskrimsus Polda Lampung, Kombes Pol Indra Hermawan. Ia mengatakan FJ merencanakan aksinya pada sebuah warnet bernama Nay Net, Jalan Pemuda, Kampung Sawah Lama, Tanjung Karang Pusat.
“Tersangka FJ mengajak beberapa anak berhadapan dengan hukum (ABH),” ujar Indra, Senin, 8 September 2025.
Kemudian pada 31 Agustus 2025 sore, FJ bertemu dengan lima ABH berstatus pelajar, seorang berinisial O, dan saksi RM pada warnet tersebut. Saat itu FJ mengajak mereka ikut demo dengan menyiapkan bom molotov. Ia juga menyampaikan titik kumpul pada warnet Nay Net pada 1 September 2025.
Lalu keesokan harinya, FJ datang ke warnet dan membangunkan dua ABH untuk ikut aksi. Ia kemudian membeli minyak tanah di warung dan kembali ke warnet. Sementara pada llokasi, sudah berkumpul sekitar enam ABH dan pelaku O (masih DPO).
Kemudian FJ menyebut minyak itu akan terpakai untuk membuat molotov. Ia meminta salah satu ABH mencari sumbu, lalu kain pel di warnet ia potong untuk sumbu botol.
Selanjutnya beberapa ABH mencari botol, hingga terkumpul tiga botol. Setelah terakit, satu botol tersimpan FJ dalam jaket, satu diberikan kepada ABH, dan satu lagi tertinggal sekitar flyover.
Tertangkap Aparat
Kemudian FJ, dengan wajah tertutup sebo/kain penutup muka, berjalan kaki bersama ABH dan pelaku O menuju Gedung DPRD Lampung. Namun, gerak-geriknya mencurigakan. Ia berhasil teramankan aparat TNI dan satpam bank depan Apotik Gemari. Lalu dua ABH yang bersamanya juga ikut tertangkap.
Sementara itu, beberapa ABH lain dan pelaku O kabur ke dalam gang. Salah satu ABH bahkan sempat membuang molotov pada gang samping kantor DJKN Lampung.
“Ketiganya (FJ dan dua ABH) kita bawa kepada Polresta Bandar Lampung,” jelas Indra.
Kemudian pada 2 September 2025, Polda Lampung kembali mengamankan dua ABH. Dua ABH lainnya tertangkap pada 4 September 2025. Dengan begitu, total ada tujuh anak yang terlibat, selain FJ dan pelaku O yang masih buron. Atas perbuatannya, FJ dijerat Pasal 187 KUHP dengan ancaman pidana maksimal 12 tahun penjara.