Jakarta (Lampost.co) — Pasar otomotif di Indonesia sedang menghadapi tekanan. Kenaikan pajak, bunga kredit tinggi, dan ekonomi tak stabil membuat penjualan mobil konvensional menurun. Namun, di tengah situasi sulit itu, mobil listrik justru mencatat pertumbuhan luar biasa.
Data Gaikindo menunjukkan sepanjang delapan bulan pertama 2025, penjualan mobil listrik mencapai 51.191 unit dari total 500.951 unit mobil yang terdistribusi ke dealer. Artinya, pangsa pasar kendaraan listrik kini menembus 10,14% dari total nasional.
Padahal pada 2021, pangsa pasar mobil listrik di Indonesia baru 0,5%. Angkanya melonjak hampir 5% di 2024 dan kini terus meningkat pesat pada kuartal ketiga 2025.
BYD Kuasai Pasar Mobil Listrik
BYD mendominasi pasar mobil listrik Tanah Air. Selama 2025, penjualannya mencapai 18.989 unit. Angka itu memperkuat posisi BYD yang sebelumnya juga memegang lebih dari separuh pangsa pasar di semester pertama.
Kunci sukses BYD ada pada strategi harga. Model seperti BYD Atto 1 di segmen city car dan BYD M6 di segmen MPV hadir dengan harga kompetitif.
Kedua model itu menarik perhatian pembeli yang ingin mobil ramah lingkungan tanpa biaya tinggi. Salah satu alasan mobil listrik banyak peminat adalah efisiensi biaya, seperti BYD Atto 1.
City car bensin dengan segmen serupa membutuhkan sekitar Rp7,2 juta per tahun untuk bahan bakar. Pajak kendaraan mencapai Rp3 juta dan servis rutin sekitar Rp2 juta. Total biaya tahunan bisa mencapai Rp12,2 juta.
Sedangkan, BYD Atto 1 hanya menghabiskan sekitar Rp4,45 juta per tahun jika menggunakan SPKLU. Tambahan pajak Rp150 ribu dan servis Rp1 juta sehingga total biaya menjadi Rp5,6 juta. Namun, pengisian daya di rumah membuat biayanya turun jadi Rp3,6 juta per tahun.
Generasi Muda Pasar Potensial Mobil Listrik
Akademisi Institut Teknologi Bandung, Yannes, menilai harga mobil listrik yang kompetitif memperluas akses bagi kalangan muda, terutama milenial dan Gen Z. “Mereka responsif terhadap inovasi, nilai efisiensi, dan kepraktisan,” ujar Yannes.
Menurutnya, mobil listrik kini bukan hanya simbol gaya hidup, tapi solusi mobilitas modern yang ekonomis. Meski tumbuh pesat, kontribusi mobil listrik terhadap total pasar otomotif nasional masih di bawah 10%.
Dia menyebut, pertumbuhan itu belum cukup mengangkat seluruh pasar yang sedang melambat. Faktor makroekonomi seperti pajak tinggi dan suku bunga pinjaman masih membatasi daya beli masyarakat.
Namun, tren positif di segmen mobil listrik memberi harapan baru bagi industri otomotif Tanah Air. Dalam lima tahun terakhir, mobil listrik berubah dari sekadar tren menjadi pilihan logis bagi banyak konsumen.
Harga yang makin terjangkau, perawatan ringan, dan dukungan infrastruktur yang membaik menjadikannya alternatif realistis. Mobil listrik pun kini bukan hanya simbol kemewahan, tapi solusi masa depan yang efisien dan ramah lingkungan.
Pertumbuhan pasar EV membuktikan arah industri otomotif Indonesia mulai bertransformasi menuju era yang lebih hijau dan hemat energi.