Bandar Lampung (Lampost.co) — Provinsi Lampung mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kejadian bencana sepanjang tahun 2025. Hingga September, tercatat 190 peristiwa bencana terjadi di berbagai wilayah.
Adapun 97 di antara total bencana di Lampung, merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung, Rudy Sjawal Sugiarto mengatakan angka tersebut jauh lebih tinggi dari pada tahun 2024.
Baca Juga:
Waspada Banjir Rob di Pesisir Lampung, Periode 7-12 Oktober 2025
“Sejak Januari hingga September terdapat sekitar 10 korban jiwa. Sebagian besar akibat banjir di sejumlah kabupaten,” ujarnya, Rabu, 8 Oktober 2025.
Peningkatan kejadian ini karena siklus iklim dan curah hujan ekstrem yang terjadi di berbagai daerah.
Selain itu, faktor seperti tersumbatnya saluran air dan alih fungsi lahan yang melampaui batas toleransi turut memperburuk kondisi.
“Daerah resapan air makin berkurang, sehingga saat hujan deras turun, air langsung meluap menjadi banjir,” tambahnya.
Untuk menghadapi musim hujan yang prediksinya memuncak pada November–Desember. BPBD Lampung telah melakukan mitigasi dini bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Salah satunya melalui pemanfaatan teknologi Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna mengendalikan curah hujan ekstrem.
“Koordinasi dengan BNPB sudah dilakukan dua minggu lalu. Surat permohonan sudah kami layangkan agar OMC dapat kembali dilakukan jika curah hujan di Lampung meningkat tajam,” jelasnya.
Selain mitigasi teknologi, bantuan logistik dan peralatan darurat dari BNPB juga mulai mereka salurkan ke kabupaten/kota.
Bantuan tersebut meliputi paket pangan, susu, beras, biskuit, gula, serta alat kebersihan. Dalam waktu satu bulan ke depan, Lampung juga akan memiliki buffer stok logistik untuk mendukung penanganan cepat di wilayah terdampak.
Mulai Meningkat
BMKG memprediksi, curah hujan mulai meningkat pada dasarian kedua Oktober, sehingga pemerintah daerah agar meningkatkan kesiapsiagaan.
Beberapa daerah yang menjadi fokus perhatian meliputi Bandar Lampung, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Tulangbawang yang rawan bencana saat musim hujan.
Dua staf ahli BNPB bahkan telah tiba di Lampung untuk melakukan asesmen kesiapan daerah dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Menariknya, pelaksanaan OMC sebelumnya di Lampung mencatat tingkat keberhasilan mencapai 90 persen dalam menekan dampak bencana di daratan.
“Setiap satu kali penerbangan membutuhkan biaya sekitar Rp200 juta. Namun efektivitasnya sangat membantu dalam mengurangi risiko banjir,” jelasnya.
Sehingga dengan kesiapsiagaan yang meningkat serta dukungan dari pemerintah pusat. Pemprov Lampung berharap risiko bencana hidrometeorologi di akhir 2025 dapat berkurang. Serta dampaknya terhadap masyarakat bisa kita tekan sekecil mungkin.