Bandar Lampung (Lampost.co) — Anggota Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Andika Wibawa, meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Menurutnya, langkah antisipasi perlu Pemprov Lampung lakukan sejak dini. Terutama di wilayah yang rawan banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
“Kami mendorong OPD terkait agar bersiap lebih awal, jangan sampai setelah bencana terjadi baru bertindak. Pemimpin daerah juga harus proaktif mempersiapkan langkah-langkah pencegahan,” kata Andika, Rabu, 8 Oktober 2025.
Baca Juga:
Lampung Mengalami Lonjakan Bencana Hidrometeorologi Sepanjang 2025
Andika menyoroti Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah yang kerap terjadi banjir setiap musim hujan tiba. Sehingga ia menilai perlu ada langkah konkret dari pemerintah daerah untuk meminimalkan risiko bencana.
“Kalau memang daerah tersebut langganan banjir, maka OPD seperti Dinas Kebersihan harus melakukan pembersihan saluran air dan drainase secara rutin. Jangan menunggu air meluap dulu,” tegasnya.
Selain upaya teknis di lapangan, Andika juga menekankan pentingnya kesiapan logistik dan bantuan sosial bagi warga terdampak. Ia mengingatkan agar kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perlengkapan darurat harus ada sejak awal.
“Pemda harus memastikan bantuan siap didistribusikan kapan saja. Misalnya, stok bantuan untuk daerah rawan banjir di Bandar Lampung, dan daerah rawan longsor di Lampung Barat, Pesisir Barat, serta Tanggamus,” tambahnya.
Perkuat Koordinasi
Andika juga meminta BPBD, Dinas Sosial, dan OPD terkait lainnya untuk memperkuat koordinasi lintas sektor agar penanganan bencana bisa lebih cepat dan terarah.
“Kesiapsiagaan harus dilakukan bersama dan terencana. Jangan sampai saat bencana terjadi, baru kita mencari solusi,” pungkasnya.
Berdasarkan data terakhir, Provinsi Lampung telah mengalami 93 kejadian bencana sejak 1 Januari hingga 6 Oktober 2025.
Dari jumlah tersebut, banjir menjadi bencana paling dominan dengan 73 kejadian. Kemudian cuaca ekstrem sebanyak 16 peristiwa dan tanah longsor 3 kejadian.
Dampak bencana tersebut cukup signifikan, tercatat 14 orang meninggal dunia dan 283.989 warga terdampak, sebagian di antaranya terpaksa mengungsi.
Selain itu, 1.806 rumah warga rusak dengan tingkat kerusakan beragam, serta beberapa fasilitas pendidikan dan rumah ibadah turut terdampak.
“Melalui kesiapsiagaan yang matang, Pemprov Lampung diharapkan dapat meminimalkan dampak bencana dan mempercepat proses penanganan bila musibah terjadi,” ujarnya.