Bandar Lampung (Lampost.co) — Anggota Komisi X DPR, Ruby Chairani Syiffadia, mengajak generasi muda Lampung untuk tampil sebagai garda terdepan dalam menjaga dan mempromosikan budaya asli Sai Bumi Ruwa Jurai di tengah derasnya arus globalisasi digital.
Poin Penting:
-
Minat generasi muda terhadap budaya Lampung masih rendah.
-
Perlu kolaborasi pemerintah, legislatif, dan masyarakat mutlak untuk membangkitkan budaya lokal.
-
Pengemasan pelestarian budaya harus modern, bukan sekadar nostalgia.
Gerakan Sadar Pelestarian Budaya
Menurut politisi dari Dapil Lampung I, pelestarian budaya tidak boleh berhenti sebagai seremoni atau dokumentasi semata, tetapi juga harus menjadi gerakan sadar dari generasi muda Lampung yang mampu mengemas budaya secara modern dan relevan bagi publik global.
“Kita bisa saling bertukar pandangan untuk memastikan budaya Lampung tetap hidup. Saya sebagai generasi muda sangat bersyukur karena akses informasi budaya sangat mudah di era digital,” ujar Ruby.
Baca juga: Pemerintah Lampung Dorong Penulisan Budaya Lokal demi Selamatkan Warisan Daerah
Minat Generasi Muda Masih Rendah
Meski akses budaya semakin terbuka, Ruby mengakui minat generasi muda Lmapung terhadap budaya lokal masih tergolong rendah, terutama pada aspek literasi dan praktik sehari-hari.
Ia menilai proses pelestarian tidak bisa hanya mengandalkan acara seremonial, melainkan juga harus memulai dari kemauan belajar dan rasa memiliki.
“Dari kemauan itu akan lahir aksi nyata untuk mengenal dan melestarikan budaya,” ujar politisi perempuan muda Partai Gerindra tersebut.
Kolaborasi Pemerintah dan Tokoh Adat
Ruby juga menekankan pentingnya kolaborasi sistematis antara pemerintah daerah, lembaga adat, dan komunitas pendidikan agar budaya Lampung benar-benar tumbuh, bukan sekadar dikenang.
“Kolaborasi eksekutif dan legislatif penting untuk menghadirkan aturan seperti perda atau perbup yang mewajibkan penggunaan pakaian dan bahasa Lampung pada hari tertentu,” katanya.
Dia meyakini langkah tersebut mampu mendorong kebiasaan, bukan hanya slogan, khususnya bagi kaum muda Lampung.
Aksara Lampung Mulai Ditinggalkan
Salah satu kekhawatiran Ruby adalah aksara Lampung yang semakin jarang generasi muda Lampung kuasai. Banyak pelajar dan mahasiswa kini tidak lagi mampu membaca maupun menuliskannya.
“Maka saya berharap melalui kolaborasi yang terstruktur, baik pemerintahan maupun ruang publik dapat kembali menggunakan aksara Lampung,” ujarnya.
Identitas Budaya Harus Tumbuh
Ruby berharap gerakan literasi budaya tidak hanya membangkitkan rasa bangga, tetapi juga menghadirkan aplikasi nyata dalam pendidikan, ekonomi kreatif, hingga digital branding. “Budaya Lampung harus menjadi identitas hidup, bukan hanya foto arsip atau sejarah di buku pelajaran,” kata Ruby.








