Jepang (Lampost.co) — Data perekonomian Jepang secara tidak langsung mengindikasikan mereka memasuki resesi. Data GDP Annualized kuartalan (QoQ) yang kembali turun dari sebelumnya -3,3% menjadi -0,4% pada kuartal IV-2023.
Ini terjadi di tengah kabar yang semakin kuat mengenai keinginan dari Bank Sentral Jepang untuk menaikkan tingkat suku bunga.
Data pertumbuhan ekonomi Jepang telah memberikan gambaran, rumah tangga maupun dunia usaha telah memangkas belanja mereka selama 3 kuartal berturut-turut. Hal ini telah membuat perekonomian Jepang turun peringkat dari ke 3 menjadi yang ke 4, dan Jerman naik peringkat menjadi yang ke 3.
Konsumsi swasta Jepang turun dari 0,6% menjadi 0,1%, begitupun dengan investasi bisnis yang turun dari sebelumnya 0,6% menjadi 0,1%. Pengeluaran rumah tangga juga turun hingga 2,5% pada Desember 2023.
“Penurunan ini merupakan bulan yang ke-10 berturut-turut seiring dengan kenaikan upah yang belum dinaikkan, sehingga menggerus daya beli dan konsumsi. Kenaikan upah selalu menjadi yang terpenting, bahkan di tengah situasi dan kondisi saat ini,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Jumat, 16 Februari 2024.
Oleh sebab itu Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda menantikan pertemuan di Maret yang akan memberikan kesimpulan, apakah upah akan dinaikkan atau tidak untuk menjaga inflasi yang berkelanjutan untuk menjaga peluang dari kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral Jepang.
Hal ini yang membuat ekspor Indonesia merosot hingga -22,72% kepada Jepang. Saat ini peluang kenaikan tingkat suku bunga Jepang pada bulan April mengalami penurunan dari 73% menjadi 63%.
“Meski masih di atas 50%, kami tidak begitu yakin Bank Sentral Jepang akan menaikkan tingkat suku bunga. Sebab Kazuo Ueda hanya mau menaikkan tingkat suku bunga apabila ada kenaikan upah yang terealisasi. Apabila hal tersebut tidak terwujud, maka suku bunga tidak jadi naik,” kata Nico.
Mau tidak mau, apabila situasi dan kondisinya seperti ini, Bank Sentral Jepang akan lebih berpeluang untuk menjaga tingkat suku bunga untuk akomodatif untuk menjaga perekonomian untuk tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Buruknya data ekonomi kemarin, telah mendorong Yen Jepang lagi-lagi melemah berada di kisaran 150,40 terhadap dolar AS.
Meski begitu, ekspor bersih Jepang berkontribusi sebesar 0,2% terhadap pertumbuhan. Ekspor mobil ke Amerika, peralatan manufacture chip ke Tiongkok, serta pariwisata juga masih tumbuh. Selama 1 tahun penuh, GDP nominal Jepang bernilai US$4,19 triliun, dimana Jerman bernilai US$4,55 triliun.
Denny