Malaysia (Lampost.co) — Lebih dari 100 pengungsi Rohingya melarikan diri dari pusat penahanan di Malaysia setelah terjadi kerusuhan. Satu pengungsi tewas setelah tertabrak kendaraan di jalan raya saat ia melarikan diri.
“Sebanyak 115 migran Rohingya dan 16 warga Myanmar dari etnis lain – semuanya laki-laki – melakukan kerusuhan di gedung penahanan, sebelum melarikan diri dari depo imigrasi sementara di Bidor, di negara bagian Perak utara pada Kamis, 1 Februari 2024, malam,” kepala polisi setempat Mohamad Naim Asnawi dikutip dari Medcom.id, Jumat, 2 Februari 2024
“Polisi dan petugas dari lembaga lain sedang mencari ratusan tahanan yang kabut,” kata Naim.
ia mengatakan seorang pengungsi yang tidak diketahui identitasnya tewas di jalan raya Utara-Selatan setelah ditabrak oleh kendaraan yang lewat dalam kegelapan.
Polisi mengatakan penyebab kerusuhan dan pembobolan sedang diselidiki.
Lebih dari 100.000 warga Rohingya hidup terpinggirkan di Malaysia, bekerja secara ilegal di bidang konstruksi dan pekerjaan bergaji rendah lainnya.
Sementara itu di Indonesia, sebanyak 137 imigran Rohingya mendarat di Pantai Kuala Parek, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Kamis, 1 Februari 2024, sekitar pukul 04.00 WIB.
Para imigran tersebut mendarat setelah kapal motor yang mereka tumpangi diduga mengalami kerusakan mesin. Sebelumnya, kapal motor mereka sempat terombang-ambing di perairan Selat Malaka dan dibawa arus hingga mendarat di pesisir pantai di Kabupaten Aceh Timur tersebut.
Ratusan imigran Rohingya tersebut terdiri 40 orang laki-laki dewasa, 47 orang perempuan dewasa, 23 anak perempuan, dan 27 anak laki-laki.
Kapolres Langsa AKBP Andy Rahmansyah mengatakan warga Aceh Timur menolak menampung 137 imigran Rohingya tersebut. “Ada penolakan dari warga. Warga maunya imigran Rohingya tersebut kembali berlayar ke tempat yang mereka tuju dan jangan ditampung di Aceh,” kata Andy Rahmansyah dikutip dari Medco.id, Jumat, 2 Februari 2024.
Kapolres mengatakan penolakan tersebut didasari berbagai kekhawatiran masyarakat terhadap imigran Rohingya yang terus berdatangan ke Provinsi Aceh. Apalagi, lokasi imigran Rohingya mendarat tersebut jauh dari pusat keramaian masyarakat.
“Masyarakat juga khawatir karena kedatangan imigran tersebut diduga ada campur tangan sindikat penyeludupan manusia. Seperti beberapa bulan lalu, kedatangan imigran Rohingya di Pantai Desa Seuneubok Baroh, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur, diduga ada tindak pidana penyeludupan orang,” kata Andy Rahmansyah.
Camat Sungai Raya Muhammad Ridha mengatakan secara kemanusiaan pihaknya bersama masyarakat telah membantu 137 imigran Rohingya yang mendarat di Kuala Parek tersebut dengan memberi makanan.
“Ditampung atau tidak tergantung masyarakat. Kalau masyarakat minta imigran Rohingya untuk kembali ke kapalnya, maka kami akan bantu menaikkan mereka ke kapal agar bisa melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan,” kata Muhammad Ridha.
Denny