Tel Aviv (Lampost.co) — Serangan pasukan Israel ke Palestina berbuntut pada gerakan boikot produk yang terafiliasi dengan negara zionis tersebut. Di antara McDonald dan Starbucks yang akhirnya membuat penjualan menjadi anjlok.
McDonald’s menjadi sasaran boikot dan kritik setelah Alonyal mengumumkan bakal menyumbangkan makanan gratis kepada pasukan militer Israel. Sedangkan Starbucks terkena boikot karena pro-Israel dan mempunyai hubungan keuangan negara zionis itu.
CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, mengatakan perang itu berdampak sangat menyedihkan terhadap penjualan produknya. Terutama di negara Timur Tengah dan berpenduduk mayoritas Muslim.
“Selama konflik dan perang ini berlangsung, kami tidak melihat adanya perbaikan signifikan dalam bisnis,” kata Kempczinski.
Dia menilai tragedi kemanusiaan tersebut sangat membebani merek-merek waralaba siap saji. Hal itu terlihat dari pertumbuhan penjualan selama Oktober-Desember dalam untuk Timur Tengah, Tiongkok dan India hanya 0,7 persen.
BACA JUGA: Menaker Upayakan Tak Ada PHK Dampak Boikot Produk Israel
Nilai itu jauh dari ekspektasi pasar yang mestinya 5,5 persen. Kemerosotan penjualan itu imbas dari negara mayoritas Muslim yang menyerukan boikot untuk McDonald’s dalam menanggapi pengumuman Alonyal.
Aksi itu turut membuat para pemegang waralaba di negara Mesir, Yordania, dan Arab Saudi menjauhkan diri dari donasi. Kemudian secara kolektif menjanjikan bantuan jutaan dolar untuk warga Palestina di Gaza.
Tetap Dukung Israel
Meski terdampak dari aksi boikot, McDonald’s tetap kerap mendukung Israel. Hal itu dengan membeli waralaba Israel berusia 30 tahun dari Alonyal. Lalu mengambil alih kepemilikan 225 gerai yang memiliki lebih dari 5.000 karyawan.
“Alonyal Limited dengan bangga membawa Golden Arches ke Israel dan melayani komunitas kami selama lebih dari 30 tahun,” kata CEO dan pemilik Alonyal, Omri Padan.
Untuk itu, McDonald’s terus berkomitmen terhadap pasar Israel dan memastikan pengalaman karyawan dan pelanggan yang positif di pasar tersebut pada masa mendatang.
Transaksi dari pembelian waralaba Israel itu akan selesai dalam beberapa bulan ke depan. Kemudian Alonyal akan mempunyai gerai dan mempertahankan karyawannya.
Sementara itu, aksi boikot juga mulai berdampak pada rantai makanan cepat saji barat lainnya, yaitu Starbucks dan Domino’s. Terutama terhadap Domino’s yang tercatat mengalami penurunan 8,9 persen di Asia pada 2023.
CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, menjelaskan perusahaan itu mengalami dampak signifikan dalam penjualan di Timur Tengah dan Amerika Serikat. Massa turut berkampanye dan meminta perusahaan berbasis di Seattle itu mengambil sikap terhadap Israel.