Bandar Lampung (Lampost.co)– Jemaah Calon Haji tertua bernama Garmini Karyo Dimejo yang berusia 94 tahun warga Desa Soloretno, Katibung, Lampung Selatan, tiba di Asrama Haji Rajabasa, Bandar Lampung, Sabtu 18 Mei 2024.
Jamaah calon haji tertua tersebut tergabung di kloter JKG 18 asal Kabupaten Lampung Selatan. Nantinya akan terbang dari Bandara Radin Inten II, pada Minggu 19 Mei 2024 dini hari.
Garmini Karyo Dimejo berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah suci bersama sang anak.
Baca juga: 393 JCH Kloter Pertama Asal Bandar Lampung Tiba di Asrama Haji
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama, Puji Raharjo, mengatakan berdasarkan kelompok umur ada 3.003 JCH berusia lebih dari 60 tahun atau lansia.
“Jemaah calon haji asal Lampung tahun ini berusia 94 tahun warga Kabupaten Lampung Selatan,” ujarnya.
Puji mengungkapkan kondisi jemaah calon haji tertua dalam keadaan sehat. Namun tetap di bantu dengan kursi roda.
“Kondisinya sehat, pendengaran dan responnya juga bagus. Saya berdoa semoga beliau kembali ke tanah air dalam keadaan sehat serta menjadi haji mabrur,” paparnya.
Ia menyampaikan pihaknya fokus pelayanan haji bagi lansia. Salah satunya dengan mendahulukan dan memprioritaskan mereka selama proses ibadah haji.
“Pelayanan khusus bagi jemaah lansia tentunya ini tugas mulia. Karena mereka sangat luar biasa. Sebab masih berkesempatan berangkat menunaikan rukun Islam ke lima,” ungkapnya.
Untuk itu, ia mengajak seluruh petugas, maupun jamaah haji lainnya untuk membantu jamaah calon haji lansia di kloternya.
“Anggap saja mereka orang tua sendiri. Kalau kita melayani orang tua lain mudah-mudahan orang tua kita yang tidak bisa kita layani mendapatkan pelayanan yang baik dari orang-orang di sekitarnya,” kata dia.
Rangkaian Ibadah Haji
Sementara itu, putra Garmini Karyo Dimejo,
Ismadi Sutowo Sujono berharap ibunya dapat menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji dalam keadaan yang sehat.
“Semoga ibu mendapatkan kesehatan sampai selesai dan menjadi haji mabrur dan masrurah,” ujarnya.
Ismadi menceritakan dalam kesehariannya sang ibu masih bisa melakukan aktifitas seperti makan, mandi, dan lainnya.
“Dulu ibu sehari-hari bekerja sebagai petani. Untuk bisa berangkat haji kami sudah menunggu selama lima tahun,” tandasnya.