Monywa (Lampost.co)—Cuaca panas ekstrem di sejumlah wilayah di Myanmar menewaskan 100 orang hanya dalam waktu 4 hari hingga Senin (20/5/2024).
Dampak buruk yang berhubungan dengan cuaca panas ini menyerang para warga di Kota Monywa, wilayah Sagaing.
“Jumlah korban tewas meningkat sangat tajam, termasuk bayi yang baru berusia empat atau lima bulan,” kata seorang pejabat dari kelompok donor darah dan bantuan pemakaman Thukha Hita kepada Radio Free Asia, Senin (20/5/2024).
“Ada 29 jenazah kemarin di dua kuburan di Kota Monywa,” ujarnya.
Cuaca panas ekstrem dari Kamis hingga Minggu (16—19/5/2024), sebagian besar berdampak pada orang-orang sakit dan lanjut usia. Demikian kata seorang warga yang membantu mereka yang membutuhkan. Dia menambahkan Sabtu dan Minggu (18—19/5/2024) adalah hari terburuk.
“Mereka sama sekali tidak tahan panas,” kata warga tersebut mengacu pada orang sakit dan lanjut usia. “Sungguh mengerikan bahkan kami, kaum muda, tidak dapat bertahan hidup. Pemadaman listrik tidak membantu.”
Dua organisasi yang berbasis di Monywa, asosiasi bantuan sosial Yone Gyi Lu Nge dan asosiasi donor darah dan bantuan pemakaman Thukha Hita, membantu mengkremasi jenazah untuk mengimbangi peningkatan kematian.
Juru bicara Kementerian Kesehatan junta, Than Naing Soe, mengatakan kepada RFA bahwa kementeriannya mengorganisasi kesadaran dan pengobatan pencegahan serangan panas, tetapi dia menolak berkomentar lebih lanjut.
Capai 45 Derajat Celsius
Menurut badan cuaca militer, suhu tertinggi di Kota Monywa tercatat pada Jumat (17/5/2024), mencapai 45 derajat Celsius.
Beberapa keluarga memilih tinggal di hotel untuk menghindari panas. Sebab, mereka tidak dapat mengandalkan pasokan listrik, atau bahkan tidak ada sama sekali, kata warga. Banyak orang mencari pengobatan di klinik dan rumah sakit karena sengatan panas dan dehidrasi, tambah mereka.
Myanmar mengalami suhu ekstrem sepanjang musim panas tahun ini, yang menewaskan 40 orang per hari pada awal Mei. Di Negara Bagian Rakhine di Myanmar Barat, kekurangan air yang parah telah berdampak pada 50 desa dan menewaskan lebih dari 80 orang.
Suhu biasanya sedikit turun pada Mei dan Juni dengan datangnya hujan.