Bandar Lampung (Lampost.co) — Operasional gerai BRILink kerap menjadi sasaran berbagai modus kejahatan, seperti penipuan dan perampokan. Hal itu akibat minimnya pengawasan dan keamanan.
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila), Prof Marselina, mengatakan tindak kejahatan banyak menyasar agen-agen BRILink. Sebab, pelaku usaha dalam bentuk layanan perbankan itu juga minim pengetahuan.
Untuk itu, konsumen dan pemilik agen harus dicerdaskan lewat sosialisasi mengenai bentuk modus penipuan. “Termasuk upaya untuk menghindarinya,” kata Marselina, kepada Lampost.co, 28 Mei 2024.
BACA JUGA: Cegah Kejahatan, Polisi Maksimalkan Patroli di BRILink
Dia menilai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang mengawasi perbankan harus punya andil besar. Hal itu terkait penyadaran masyarakat terutama dalam transaksi keuangan.
“Cyber elektronik di perbankan ini memang butuh sistem keamanan yang kuat dan harus selalu ada peningkatan,” ujar dia.
Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Publik itu menyebut pelanggan dan agen BRILink harus waspada terhadap segala bentuk potensi kebocoran data.
Sebab, kasus penipuan juga bisa terjadi akibat kelalaian nasabah atau pihak BRI dalam mengelola data-data perbankan.
Apabila kerugian terjadi akibat kesalahan dari pegawai atau sistem, maka BRI selaku penyedia layanan harus bertanggung jawab. Lalu berkomitmen untuk mencegah hal serupa kembali terulang.
“Kecuali kalau kesalahannya dari pelanggan, misalnya teledor memberikan PIN ke orang lain,” kata dia.
Menurut dia, sistem keamanan yang lemah dalam perbankan akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat. Untuk itu, tingkat persaingan layanan bisa menjadi solusi bagi terciptanya keamanan yang baik dalam bertransaksi.
“Penipu atau hacker itu memang pintar sehingga BRI juga harus lebih pintar karena itu kan duit orang enggak bisa selalu merasa aman,” kata dia.