Bandar Lampung (Lampost.co)– Bank Indonesia (BI) Lampung merilis laporan perekonomian Lampung Triwulan I 2024. Dalam pemaparannya, ekonom senior BI Lampung, Fiskara Indawan, mengatakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2024 melambat dari pada triwulan sebelumnya.
Ia menyebut pertumbuhan positif kinerja perekonomian Lampung pada triwulan laporan di dorong oleh peningkatan kinerja permintaan domestik. Terutama konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
“Secara umum, perekonomian Lampung pada triwulan I 2024 saat ini sebesar 3,30 persen (yoy). Melambat dari pada realisasi pada triwulan sebelumnya (triwulan IV 2023) yang tercatat tumbuh 5,40 persen (yoy),” katanya dalam Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) triwulan I 2024 yang di gelar BI Provinsi Lampung di Grand Mercure, Kamis, 20 Juni 2024.
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Ditemukan Bermasalah
Data tersebut menunjukkan capaian kinerja ekonomi Provinsi Lampung rendah dari pada realisasi pertumbuhan ekonomi Sumatra dan nasional. Masing-masing tercatat tumbuh 4,28 persen (yoy) dan 5,11 persen (yoy).
“Secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan I 2024 berdasarkan harga berlaku tercatat sebesar Rp112,09 triliun. Kemduian berdasarkan harga konstan (2010) sebesar Rp65,95 triliun.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I
Fiskara Indawan menerangkan pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2024 tertopang oleh tetap kuatnya permintaan domestik. Terutama konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah.
Komponen konsumsi rumah tangga tumbuh relatif stabil sebesar 4,67 persen (yoy). Sedikit lebih tinggi ketimbang 4,64 persen (yoy) pada triwulan IV 2023.
“Perkembangan tersebut terdukung oleh akselerasi permintaan domestik pada periode Imlek dan Ramadan,” tuturnya.
Ia menambahkan komponen konsumsi pemerintah tumbuh 15,67 persen (yoy), jauh lebih tinggi dengan triwulan IV 2023 yang tumbuh 3,36 persen (yoy).
“Penyebabnya terdorong oleh meningkatnya belanja hibah dan barang jasa untuk mendukung penyelenggaraan pemilu,” ungkapnya.
Terakhir, untuk komponen investasi tercatat tumbuh melambat sebesar 2,3 persen (yoy).
“Jika perbandingannya dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,08 persen (yoy) disebabkan oleh melambatnya kinerja investasi bangunan,” pungkasnya.