Beirut (Lampost.co)—Hizbullah mengatakan telah menembakkan lebih dari 100 roket ke posisi Israel pada Rabu (3/7/2024). Aksi itu sebagai balasan atas serangan Israel yang menewaskan seorang komandan senior di Lebanon. Ini merupakan kehilangan kedua gerakan tersebut dalam beberapa pekan terakhir.
Hizbullah telah saling serang hampir setiap hari di perbatasan dengan tentara Israel sejak sekutu Palestina-nya, Hamas, menyerang Israel Selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan itu memicu perang di Gaza, tetapi peningkatan retorika perang dari kedua belah pihak baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan.
“Seorang komandan Hizbullah yang bertanggung jawab atas satu dari tiga sektor di Lebanon Selatan tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah mobil di Tyre,” seorang sumber yang dekat dengan kelompok tersebut kepada AFP. Sumber itu meminta identitasnya tetap rahasia karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.
Kelompok dukungan Iran itu mengatakan “komandan Mohammed Naameh Nasser”, yang juga dikenal sebagai “Hajj Abu Naameh” tewas dalam serangan itu. Mereka juga mengumumkan tewasnya seorang pejuang kedua.
Tentara Israel mengatakan mereka “melenyapkan” Nasser dan mengatakan dia adalah komandan “Unit Aziz” Hizbullah. Unit itu bertanggung jawab atas penembakan dari Lebanon Barat Daya ke wilayah Israel.
Hizbullah mengatakan “sebagai bagian dari tanggapan” atas tewasnya Nasser, para pejuangnya menyerang dua posisi di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel “dengan 100 roket Katyusha”.
Sebagai balasan, mereka mengatakan telah menembakkan “puluhan roket Katyusha” ke salah satu posisi. Dan “roket Falaq” serta rudal Burkan tugas berat ke dua lokasi militer di Israel Utara.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada AFP bahwa sekitar 100 roket telah meluncur ke Israel dari Lebanon.
Pernyataan terpisah militer Israel mengatakan layanan darurat “beroperasi untuk memadamkan sejumlah kebakaran”. Penyebabnya salah satu serangan di wilayah Kiryat Shmona, Israel Utara.
Sangat Khawatir
Sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan Nasser memiliki pangkat yang sama dengan Taleb Abdallah, seorang komandan yang tewas dalam serangan Israel bulan lalu. Sumber militer Lebanon saat itu menggambarkannya sebagai komandan Hizbullah “paling penting” yang tewas hingga saat ini.
Pernyataan militer Israel mengatakan Nasser dan Abdallah “bertugas sebagai dua teroris Hizbullah paling signifikan di Lebanon Selatan”.
Sumber kedua yang dekat dengan Hizbullah, yang juga meminta namanya tidak disebutkan, mengatakan Nasser adalah komandan senior Hizbullah ketiga yang tewas dalam hampir sembilan bulan permusuhan.
Pada Januari 2024, sebuah sumber keamanan mengatakan serangan Israel menewaskan Wissam Hassan Tawil, komandan tinggi lain dari kelompok tersebut.
Anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, mengatakan pembunuhan Nasser “tidak akan mendorong” gerakan tersebut untuk mundur.
Sebaliknya, Hizbullah akan “meningkatkan laju tekanannya” terhadap Israel, kata Fadlallah dalam sebuah pernyataan kepada media Pemerintah Lebanon, Kantor Berita Nasional (NNA).
Kematian Nasser menyusul meredanya pertukaran lintas batas selama sepekan terakhir setelah ancaman dari kedua belah pihak meningkat.
Hizbullah mengumumkan serangan lain terhadap pasukan dan posisi Israel pada Rabu. Sedangkan NNA melaporkan serangan Israel di tempat lain di Lebanon Selatan.
Kekhawatiran kekerasan, yang sejauh ini sebagian besar terbatas pada wilayah perbatasan, dapat berubah menjadi perang habis-habisan telah memicu serangkaian upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan.
“Kami sangat khawatir dengan meningkatnya baku tembak,” kata juru bicara kepala PBB Antonio Guterres, Rabu.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric memperingatkan potensi risiko bagi kawasan “secara keseluruhan jika kita terlibat dalam konflik besar-besaran”.
Sementara itu, utusan AS Amos Hochstein, yang telah berkali-kali berkunjung ke Lebanon, akan tiba di Paris pada Rabu. Dia akan bertemu dengan utusan Prancis untuk Lebanon, Jean-Yves Le Drian.
Kekerasan lintas batas telah menewaskan sedikitnya 495 orang di Lebanon. Sebagian besar dari mereka adalah pejuang, tetapi juga termasuk 95 warga sipil, menurut penghitungan AFP.
Pihak berwenang Israel mengatakan sedikitnya 15 tentara dan 11 warga sipil telah tewas.