Tel Aviv (Lampost.co)—Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan pernyataan menantang menyusul tewasnya sejumlah pejabat tinggi Hizbullah dan Hamas. Menurutnya, Israel tengah mencapai tujuan perangnya dan mengalahkan kelompok proksi Iran di Timur Tengah.
Dalam pidato video beberapa jam setelah serangan yang diduga Israel lakukan di Iran dan menewaskan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di kediamannya di Teheran, Netanyahu mengatakan Israel telah berhasil menargetkan sejumlah musuhnya di seluruh wilayah tersebut.
“Dulu pada hari-hari awal perang, saya katakan bahwa ini akan memakan waktu, dan ini akan membutuhkan kesabaran dari kita semua,” kata Netanyahu, seperti The Hill kutip, Kamis (1/8/2024).
“Selama berbulan-bulan sekarang, setiap pekan, orang-orang di dalam dan luar Israel mengatakan kepada saya untuk mengakhiri perang karena kami telah menghabiskan apa pun yang dapat kami capai dan mustahil untuk memenangkan perang,” tegas Netanyahu.
“Tetapi saya tidak menyerah pada suara-suara ini saat itu dan saya tidak menyerah pada mereka hari ini. Jika kami menyerah pada tekanan-tekanan ini, kami tidak akan membunuh kepala-kepala Hamas dan ribuan teroris,” tambah Netanyahu.
Netanyahu mengakui kematian Fuad Shukr, penasihat senior dan tangan kanan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan Israel di Beirut pada Selasa (30/7/2024). Shukr tewas setelah Hizbullah melancarkan serangan roket selama akhir pekan yang menewaskan 12 anak di Dataran Tinggi Golan.
“Kami telah menyelesaikan masalah ini,” kata Netanyahu. “Dan kami akan menyelesaikan masalah ini dengan siapa pun yang membantai anak-anak kami, membunuh warga negara kami. Siapa pun yang merugikan negara kami akan mati.”
Namun, Perdana Menteri Israel itu tidak menyebutkan kematian Haniyeh. Israel jarang mengakui operasi di negara-negara yang tidak terlibat perang langsung dengannya atau pembunuhan rahasia dari kelompok intelijen Mossad.
Israel juga jarang menyerang di dalam wilayah Iran. Namun, pasukan Israel telah melakukannya, pada 2020 terhadap ilmuwan Iran dan pada April setelah serangan rudal dan pesawat nirawak Teheran terhadap Israel.
Kekhawatiran Perang Besar
Serangan Israel baru-baru ini telah meningkatkan kekhawatiran akan perang besar-besaran di Timur Tengah. Situasi yang telah memanas selama berbulan-bulan saat Israel berperang melawan Hamas di Gaza dan saling serang setiap hari di perbatasan Lebanon dengan Hizbullah.
Israel melancarkan serangan awal bulan ini terhadap pemberontak Houthi di Yaman. Upaya itu sebagai respons serangan pesawat nirawak di Tel Aviv yang menewaskan satu orang, beberapa hari sebelumnya. Houthi yang mendapat dukungan Iran telah menyerang kapal-kapal dagang dan memerangi AS sejak pecahnya perang Gaza.
Netanyahu telah mendapat kritik karena gagal mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk membawa kembali sekitar 116 sandera yang masih Hamas tahan di Gaza. Hamas menyerbu Israel Selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Dalam gencatan senjata November, Hamas membebaskan 105 sandera, tetapi kesepakatan lain belum muncul meskipun ada tekanan AS. Serangan Israel pekan ini kemungkinan akan makin memperburuk keadaan.
Netanyahu mengatakan dalam pidato videonya hari Rabu bahwa ia masih dapat membebaskan para sandera dan mengalahkan kelompok pejuang Palestina di Gaza.
Namun, ia menghabiskan sebagian besar pidatonya dengan memuji pasukannya atas kemenangan tempur mereka.
“Kami telah mencapai semua itu selama beberapa bulan terakhir karena kami tidak menyerah. Sebab, kami telah mencapai beberapa keputusan yang sangat berani meskipun ada tekanan yang sangat berat dari dalam dan luar,” kata Netanyahu.
“Itu tidak mudah. Saya harus melawan begitu banyak tekanan,” pungkas Netanyahu.