Jakarta (Lampost.co) — Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah menyampaikan pidato yang disiarkan televisi setelah baku tembak hebat antara kelompok Libanon itu dan Israel. Serangan Hizbullah pada Minggu (25/8) disebut sebagai tanggapannya terhadap pembunuhan Israel terhadap komandan militer seniornya Fuad Shukr di Beirut bulan lalu.
Israel mengatakan telah melancarkan serangan pendahuluan terhadap lokasi-lokasi Hizbullah di Libanon sebelum serangan dimulai dan membantah adanya kerusakan signifikan di Israel. Sejak 8 Oktober, hari ketika Hizbullah dan Israel mulai bertukar serangan sehari setelah perang di Gaza dimulai, muncul kekhawatiran bahwa pertempuran akan meningkat menjadi perang regional, yang melibatkan Iran dan Amerika Serikat.
Ketakutan ini terutama meningkat bulan lalu setelah pembunuhan Shukr dan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dalam serangan yang diyakini dilakukan oleh Israel. Namun, serangan terbaru ke Israel itu tampaknya merupakan upaya yang disengaja oleh Hizbullah untuk menghindari respons Israel dalam skala besar.
Baca juga: Hizbullah Hujani Israel dengan Roket dan Pesawat Tak Berawak
“Pesan yang jelas dari Hizbullah adalah bahwa pembalasan kini berakhir jika, menurut Nasrallah, serangan itu telah mencapai tujuannya. Yang ia maksud dengan itu adalah jika Hizbullah memulihkan pencegahan,” katanya, dilansir dari Al Jazeera, Senin (26/8).
Merasa Puas
Nasrallah mengisyaratkan bahwa serangan itu berhasil dan ia merasa puas dengan penargetan situs militer dan intelijen Israel. Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari Beirut, bahwa Nasrallah menuduh pemerintah Israel menyembunyikan kerugian dan korbannya.
“Itu berarti Israel tidak akan lagi bertindak dengan sedikit pengendalian diri di Libanon. Jadi jam-jam dan hari-hari mendatang akan menunjukkan apakah serangan Hizbullah ini akan menahan Israel dan mencegahnya melewati batas merah,” tambah Nasrallah.
Nasrallah menjelaskan bahwa fokus utama serangan Hizbullah adalah pangkalan Glilot di utara Tel Aviv, yang merupakan markas Mossad, dinas intelijen Israel, dan kelompok intelijen militer Unit 8200. Nasrallah menyalahkan dinas intelijen atas pembunuhan komandan Hizbullah.
Pemimpin kelompok Libanon itu menekankan bahwa serangan tersebut menyerang jauh ke dalam wilayah Israel, berbeda dengan serangan sebelumnya, yang sebagian besar menghantam Israel utara dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Kelompok itu melakukan serangan seperti yang direncanakan, katanya, menolak pernyataan pejabat Israel bahwa serangan itu gagal. Ia menambahkan bahwa Israel merahasiakan informasi tentang kerusakan yang terjadi pada Glilot.
320 roket
Kelompok Hizbullah Libanon mengumumkan telah meluncurkan 320 roket jauh ke dalam wilayah Israel sebagai bagian dari tahap pertama respons terhadap pembunuhan pemimpinnya, Fuad Shukur, oleh Tel Aviv. “Tahap pertama dari respons kami terhadap pembunuhan Shukur telah berhasil diselesaikan,” kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman ini muncul tak lama setelah tentara Israel menyerang Libanon selatan dengan serangan udara skala besar yang mereka sebut sebagai serangan pencegahan, dengan klaim bahwa mereka berhasil mencegah Hizbullah meluncurkan serangan.
Kelompok itu menjelaskan bahwa fase awal melibatkan penargetan barak-barak dan lokasi-lokasi Israel untuk memfasilitasi lewatnya drone-drone penyerbu menuju sasaran yang dituju di dalam wilayah entitas Israel. Drone-drone ini telah berhasil mencapai tujuan sesuai rencana.
Laporan itu juga mencatat jumlah roket Katyusha yang diluncurkan sejauh ini telah melampaui 320 dan menyerang posisi musuh. Hizbullah menyatakan bahwa 11 lokasi militer Israel menjadi sasaran, termasuk pangkalan Meron, Zaatoun, Al-Sahl, Nafah, Yarden, dan Ein Zeitim, serta kamp Kela, UF, Ramot Naftali, Neve Ziv, dan Zarura, semuanya berlokasi di Israel utara.