Jakarta (Lampost.co) — Kelompok paramiliter Hizbullah di Lebanon dan serdadu Israel saling melancarkan ratusan serangan rudal pada Minggu, 22 September 2024 di sepanjang perbatasan antara kedua negara itu. Eskalasi terancam meletus menjadi perang terbuka dan habis-habisan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan guna memulihkan keamanan di wilayah utara negara tersebut. Itu setelah Hizbullah membalas serangan Israel yang menewaskan para pemimpin militer Hizbullah di Beirut pada Jumat, 20 September 2024. Dan para militan menyalahkan Israel atas peledakan bahan peledak dari jarak jauh di pager dan walkie-talkie di dalam Lebanon, yang menewaskan sedikitnya 32 orang dan melukai ribuan orang.
Netanyahu mengatakan Israel dalam beberapa hari terakhir telah memberikan serangkaian pukulan yang tidak pernah mereka bayangkan kepada Hizbullah. Dia menyebutnya sebagai pesan kuat.
Baca juga: Utusan Khusus AS Dikirim Cegah Perang Penuh Israel-Hizbullah
Ia berbicara setelah Hizbullah meluncurkan puluhan rudal ke pangkalan udara Ramat David di Israel utara, dekat Haifa, Minggu (22/9) dini hari. Kelompok militan itu mengatakan mereka menanggapi serangan Israel minggu lalu.
Wakil sekretaris jenderal Hizbullah Naim Qassem mengatakan Hizbullah telah memulai fase baru dalam perjuangannya melawan Israel, yang ia gambarkan sebagai pertempuran perhitungan yang tak berujung. Ia berpidato di pemakaman seorang komandan tinggi yang tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada Jumat (20/9).
Tahan Diri
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan dalam acara “This Week” di ABC News bahwa Israel dan Hizbullah harus menahan diri agar konflik tidak meningkat menjadi perang habis-habisan.
“Kami percaya ada cara yang lebih baik daripada membuka front kedua di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon di luar pertempuran Israel yang berlangsung hampir setahun dengan militan Hamas di Gaza. Tidak ada seorang pun yang bersikap optimistis (polly-optimis) tentang seberapa sulitnya hal ini nantinya,” kata Kirby, dilansir VoA, Senin (23/9).
Ia mengatakan pihak-pihak yang bertikai harus menarik diri dari pertempuran yang terus berlanjut sehingga ini tidak berubah menjadi perang habis-habisan. Amerika Serikat (AS), kata dia, mengamati dengan penuh perhatian. AS fokus untuk memastikan hal ini tidak meluas.
Sementara itu, Kirby menolak isu dalam berita AS baru-baru ini bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak mungkin terjadi sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan jabatannya pada 20 Januari tahun depan.
“Presiden tidak berada di sana. Masih ada kemungkinan gencatan senjata tapi kami tidak mencapai keberhasilan apa pun dalam dua minggu terakhir,” ujarnya.
Serangan roket ke Israel utara malam memicu sirene serangan udara, yang membuat ribuan orang berlarian ke tempat perlindungan. Militer Israel mengatakan bahwa roket telah ditembakkan ke wilayah sipil, yang menunjukkan kemungkinan eskalasi setelah serangan sebelumnya terutama ditujukan ke sasaran militer.
Menghantam Bangunan
Satu roket menghantam dekat bangunan tempat tinggal di Kiryat Bialik, sebuah komunitas dekat Haifa, melukai sedikitnya tiga orang dan membakar gedung-gedung dan mobil-mobil. Layanan penyelamatan Magen David Adom Israel mengatakan bahwa total empat orang terluka oleh pecahan peluru dalam rentetan serangan itu.
Avi Vazana bergegas ke tempat perlindungan bersama istri dan bayinya yang berusia 9 bulan sebelum ia mendengar ledakan roket yang menghantam Kiryat Bialik. Kemudian ia kembali ke luar untuk melihat apakah ada yang terluka.
“Saya berlari tanpa alas kaki, tanpa baju, hanya bercelana panjang. Saya berlari ke rumah itu saat semuanya masih terbakar untuk mencari tahu apakah ada orang lain,” katanya.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa satu orang tewas dan lainnya terluka dalam serangan Israel di dekat perbatasan. Serangan itu terjadi setelah serangan udara Israel di Beirut pada hari Jumat yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk salah satu pemimpin tinggi Hizbullah, Ibrahim Aqil, serta wanita dan anak-anak.
Israel dan Hizbullah saling serang sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober lalu. Ketika kelompok militan itu mulai menembakkan roket sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan sekutunya yang didukung Iran, Hamas. Pertempuran tingkat rendah itu telah menewaskan puluhan orang di Israel, ratusan orang di Lebanon, dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.
Perang di Gaza di mulai dengan serangan mendadak Hamas pada bulan Oktober di Israel. Serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya. Mereka masih menahan sekitar 100 orang, sepertiganya telah tewas. Lebih dari 41 ribu warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sementara militer Israel mengatakan jumlah korban tewas tersebut mencakup ribuan pejuang Hamas.