Medan (Lampost.co) – Penampakan kawanan ajag, anjing hutan langka dari Sumatra, terekam kamera di Taman Nasional Gunung Leuser. Foto-foto hasil kamera perangkap itu dibagikan Balai Taman Nasional Gunung Leuser melalui akun Instagram resminya, pada Selasa (15/10/2024).
Dalam tangkapan kamera, terlihat delapan ajag berkeliaran dan mengendus sekitar area pemasangan kamera. Ajag atau dengan nama ilmiah Cuon alpinus sumatrensis, kerap beraktivitas dalam kelompok saat berburu atau berkeliling di wilayah jelajahnya.
Balai TN Leuser turut mengajak masyarakat untuk melindungi dan melestarikan alam. “Ajag adalah anjing hutan Sumatra (Cuon alpinus sumatrensis) yang hidup berkelompok untuk berburu. Keberadaan mereka semakin langka dan butuh perhatian semua,” tulisnya.
Menurut data dari IUCN Redlist 2013, ajag termasuk satwa terancam punah, dengan populasi dewasa di seluruh dunia sekitar 2.500 ekor. Penurunan populasi itu karena hilangnya habitat alami, berkurangnya populasi mangsa, serta perburuan.
Anjing langka itu kerap menjadi hewan buruan karena memangsa ternak. Hal itu menunjukkan mangsa alami mereka, seperti babi hutan dan kijang, yang makin berkurang di habitatnya.
Di Indonesia, ajag dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P20 Tahun 2018 tentang Jenis Satwa dan Tumbuhan Dilindungi. Selain di Sumatra, ajag juga ada di pulau Jawa.
Ajag tersebar di beberapa kawasan hutan dan taman nasional di Sumatra dan Jawa. Di Sumatra, hidup hidup di Taman Nasional Gunung Leuser (NAD-Sumatra Utara) dan hutan pegunungan lainnya.
Sementara di Jawa terdapat di Taman Nasional Alas Purwo, Gede Pangrango, Ujung Kulon, Baluran, dan Gunung Halimun Salak.
Di pulau Jawa, ajag memiliki nama lokal asu kikik karena suaranya yang khas berbunyi “kik-kik-kik.” Selain Indonesia, spesies Cuon alpinus juga ada di beberapa negara Asia lainnya, seperti India, Thailand, Myanmar, Bhutan, Nepal, dan China.
Morfologi dan Kebiasaan Ajag
Ajag memiliki ukuran tubuh sedang dengan panjang tubuh sekitar 90 cm, tinggi 50 cm, berat 12-20 kg, dan panjang ekor 40-50 cm. Warna bulunya dominan cokelat kemerahan, dengan leher dan perut yang sedikit lebih terang, serta ujung ekor berwarna kehitaman.
Mereka hidup berkelompok dengan jumlah 5-12 ekor, tergantung kondisi lingkungan. Dalam kelompok, ajag sebagai pemburu andal yang mampu menaklukkan mangsa besar, seperti babi hutan, rusa, dan kijang. Peran mereka sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengendalikan populasi mangsa.
Perlindungan dan pelestarian ajag memerlukan perhatian serius. Kondisi habitat yang makin terdesak dan mangsa yang terbatas, ajag menghadapi ancaman kepunahan.
Untuk itu, masyarakat dan pihak terkait harus ikut berperan dalam menjaga keberlangsungan hidup satwa ini di alam liar. Namun, pengamatan ajag melalui kamera perangkap di TN Gunung Leuser memberikan harapan baru, sekaligus pengingat pelestarian ekosistem sangat krusial.
Penemuan itu menegaskan pentingnya melindungi habitat alami agar satwa-satwa endemik seperti ajag tetap bisa bertahan di alam.