Bandar Lampung (Lampost.co) — Ajag (Cuon alpinus) atau anjing liar Asia, merupakan salah satu spesies karnivora langka yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Satwa itu sering terlihat di wilayah hutan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Meski populasinya makin terancam akibat kerusakan habitat dan perburuan, ajag memegang fungsi ekologi yang krusial melalui perilaku berburu dan interaksinya dengan lingkungan.
Anjing langka ini memiliki tubuh ramping dengan kaki panjang, ekor lebat, dan bulu berwarna cokelat kemerahan. Ukurannya sedikit lebih kecil dari serigala, dengan telinga bulat dan moncong tajam.
Hewan itu hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 hingga 12 ekor, meski beberapa kawanan besar bisa mencapai 30 ekor. Ajag lebih menyukai habitat berupa hutan hujan, padang rumput, hingga pegunungan dengan ketersediaan mangsa yang cukup.
Anjing langka itu sebagai hewan sosial yang hidup berkelompok dan memiliki hierarki dalam kawanan. Kehidupan sosial mereka sangat bergantung pada kerjasama, terutama saat berburu.
Ajag juga hewan yang cerdas dan strategis, yang membuat mereka untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Ajag merupakan predator oportunis, artinya akan berburu apa saja yang tersedia di wilayahnya, seperti rusa, babi hutan, kijang, dan hewan kecil lainnya. Satwa tersebut lebih suka berburu secara berkelompok karena bisa menjatuhkan mangsa yang lebih besar dan cepat.
Ajag memiliki stamina yang luar biasa, memungkinkan mereka mengejar mangsa dalam waktu lama. Proses berburu ajag melibatkan strategi unik.
Biasanya, kawanan akan memisahkan diri menjadi beberapa kelompok kecil untuk mengepung mangsa dari berbagai arah. Setelah mangsa lelah, ajag menyerangnya dengan gigitan kuat yang langsung menargetkan bagian leher atau perut.
Kerjasama dan komunikasi yang baik selama perburuan menjadi kunci keberhasilan mereka. Selain berburu hewan besar, ajag juga memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus dan burung, terutama saat musim mangsa besar langka. Perilaku berburu yang beragam itu membantu mereka bertahan di berbagai kondisi habitat.
Peran Ajag dalam Ekosistem
Sebagai predator puncak, ajag memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan populasi hewan mangsa. Mereka membantu mengontrol populasi herbivora, seperti rusa dan babi hutan agar tidak berkembang secara berlebihan.
Hal itu sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Sebab, jika populasi herbivora terlalu banyak, vegetasi di hutan bisa rusak dan mengganggu ekosistem secara keseluruhan.
Selain itu, ajag juga berperan sebagai pengendali populasi hewan kecil, seperti tikus dan hewan pengerat lainnya, yang sering menjadi hama bagi tanaman atau membawa penyakit. Dengan menjaga populasi hewan-hewan ini tetap terkendali, ajag membantu menjaga kesehatan ekosistem dan mencegah kerusakan yang lebih besar.
Hewan yang berhasil ajag mangsa juga menjadi sumber makanan bagi pemulung, seperti burung pemakan bangkai dan serangga. Untuk itu, ajag berkontribusi dalam rantai makanan secara lebih luas dan memastikan tidak ada bagian dari mangsa yang terbuang sia-sia.
Meski perannya penting, populasi ajag kini berada dalam kondisi terancam punah. Faktor utama yang mengancam keberadaan mereka adalah kerusakan habitat akibat deforestasi dan konversi lahan menjadi perkebunan atau pemukiman.
Selain itu, ajag sering menjadi sasaran perburuan karena sebagai ancaman bagi ternak warga. Penyebaran penyakit, terutama rabies, juga menjadi ancaman serius bagi populasi ajag.
Sebab, mereka sering berinteraksi dengan anjing domestik di sekitar permukiman, sehingga ajag rentan tertular penyakit yang dapat memusnahkan kawanannya dalam waktu singkat.
Untuk memastikan keberlangsungan populasi ajag, perlu berbagai upaya konservasi, seperti:
1. Perlindungan Habitat
Mencegah deforestasi dan menjaga kawasan hutan alami sangat penting agar ajag memiliki tempat berburu dan berkembang biak.
2. Pengawasan Perburuan Liar
Penegakan hukum untuk mengatasi perburuan liar harus meningkat guna melindungi ajag dari ancaman perburuan.
3. Penyuluhan dan Edukasi
Masyarakat sekitar habitat ajag perlu edukasi mengenai pentingnya peran ajag dalam ekosistem. Hal itu bisa membantu mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar.
4. Program Vaksinasi
Vaksinasi ajag dan anjing domestik di sekitar habitatnya penting untuk mencegah penyebaran penyakit seperti rabies.