Bandar Lampung (Lampost.co)— Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa gigitan nyamuk akan meningkat 2,5 kali lipat saat cuaca panas dan kering. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, menyatakan nyamuk lebih sering menggigit pada suhu di atas 30 derajat Celsius.
Meskipun suhu di tahun 2024 prediksinya lebih panas, curah hujan tetap tinggi, yang berpotensi meningkatkan jumlah nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah. Hujan yang tidak merata menciptakan lebih banyak tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti genangan air kotor.
Imran menekankan pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai langkah kebiasaan hidup sehat. Serta menjaga kebersihan tempat penampungan air. Ia juga mengimbau masyarakat untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan memakai pakaian panjang. Tidur dengan kelambu, dan rutin menggunakan krim anti-nyamuk.
Terlebih menjelang mudik, potensi penyebaran demam berdarah meningkat. Imran menambahkan, sekitar 50% kasus dengue tidak menunjukkan gejala yang jelas. Ia juga memperingatkan masyarakat untuk waspada terhadap penularan demam berdarah selain mencret selama periode mudik.
Nyamuk di Musim Kemarau
Nyamuk di musim kemarau sering kali lebih agresif dan ganas, dan ada beberapa alasan utama di balik fenomena ini:
- Suhu Tinggi Meningkatkan Aktivitas Nyamuk: Saat suhu udara naik di atas 30 derajat Celsius, nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit. Panas memicu metabolisme mereka, membuat mereka mencari darah lebih sering, hingga 2,5 kali lipat lebih banyak dari pada saat suhu lebih rendah.
- Ketersediaan Tempat Perkembangbiakan: Meskipun musim kemarau identik dengan minimnya hujan, genangan air tetap ada, terutama di area yang menampung air hujan atau air limbah. Seperti ban bekas, pot, atau wadah terbuka. Tempat-tempat ini menjadi sarang ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak. Air yang tergenang dan terkontaminasi justru mempercepat perkembangbiakan nyamuk.
- Perubahan Cuaca: Kombinasi antara musim kemarau yang lebih panas dan curah hujan yang masih terjadi secara tidak merata menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk. Saat hujan turun setelah cuaca kering, genangan air baru terbentuk. Memberikan peluang bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang dengan cepat.
- Nyamuk Lebih Ganas di Suhu Panas: Di cuaca panas, nyamuk penyebab demam berdarah, seperti Aedes Aegypti, tidak hanya lebih sering menggigit, tetapi juga menjadi lebih ganas. Ini meningkatkan risiko penularan penyakit seperti demam berdarah. Terutama karena nyamuk lebih mudah berkembang biak di musim kemarau dengan kondisi tersebut.
Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk ekstra waspada, terutama dalam memberantas sarang nyamuk dan melindungi diri dari gigitan. Karena potensi penyebaran penyakit seperti demam berdarah meningkat pesat di musim kemarau.