Jakarta (Lampost.co)— Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyatakan bahwa pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, sedang gencar melaksanakan program cetak sawah baru seluas 3 juta hektare.
Program ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan global dan pertumbuhan populasi.
Menurut Wamentan, program tersebut merupakan langkah strategis untuk mengatasi ancaman krisis pangan global dan menjaga stabilitas nasional di sektor pertanian.
Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia yang prediksinya mencapai 330 juta jiwa pada tahun 2050, kebutuhan pangan akan meningkat pesat. “Sementara lahan pertanian semakin terbatas akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan perumahan,” kata Sudaryono, Jumat, 25 Oktober 2025.
Cetak sawah baru ia anggap sebagai solusi penting untuk meningkatkan produksi beras, yang merupakan komoditas pangan utama di Indonesia.
“Program ini juga menjadi prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan mempertimbangkan faktor domestik dan dinamika global. Termasuk ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, serta gangguan rantai pasokan pangan akibat konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina,” sebutnya.
Wamentan menegaskan bahwa Indonesia, sebagai negara berpopulasi besar, tidak dapat terus bergantung pada impor pangan.
Kemandirian di sektor pertanian menjadi semakin penting untuk menghadapi ketidakpastian tersebut. Program cetak sawah akan diintegrasikan dengan teknologi pertanian modern. Seperti penggunaan benih unggul, irigasi modern, dan mekanisasi untuk meningkatkan produktivitas.
Selain memperluas lahan, program ini juga harapannya mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong perekonomian desa.
Meskipun Indonesia telah mencapai swasembada beras, ancaman krisis pangan global mengingatkan pentingnya meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri agar bisa memenuhi kebutuhan di masa mendatang.
Dengan langkah strategis ini, pemerintah berharap Indonesia dapat menjaga ketahanan pangan nasional dan siap menghadapi perubahan serta ketidakpastian global yang semakin kompleks.