Bandar Lampung (Lampost.co)–Di era digital, pendidikan tak lagi terbatas pada ruang kelas. Bagi Assoc. Prof. Dr. Muhammad Said Hasibuan, S.Kom., M.Kom., Dekan Fakultas Ilmu Komputer IIB Darmajaya, teknologi adalah kunci dalam membangun sistem pendidikan yang adaptif dan inklusif bagi mahasiswa.
Berangkat dari minat mendalamnya terhadap komputer sejak awal 2000-an, Said sapaan akrabnya kini merancang sistem E-Learning yang lebih personal. Menjawab tantangan perbedaan karakter dan kecepatan belajar mahasiswa.
Hasibuan menggarisbawahi bahwa pendekatan pembelajaran haruslah “student-centered learning,” di mana mahasiswa bukan sekadar penerima materi. Namun pemain utama dalam proses belajar.
Sistem yang ia kembangkan tak hanya menyediakan akses materi. Tetapi juga memungkinkan pengajar memahami karakter mahasiswa.
“Dosen memang harus memotivasi, namun mahasiswa tetap pusat pembelajaran. Mereka yang harus aktif, bukan hanya duduk dan mendengar ceramah dosen,” katanya, Senin, 28 Oktober 2024.
Lebih jauh, Hasibuan menekankan pentingnya sistem pembelajaran berbasis level, di mana setiap materi memiliki tahapan seperti game. Lengkapi pre-test dan post-test.
Ia percaya, dengan sistem reward yang menarik bagi mahasiswa cepat tangkap namun tidak meninggalkan yang lambat, mahasiswa akan lebih terdorong untuk belajar.
“Di kelas, saya mungkin tidak dapat membaca karakter 40 mahasiswa satu per satu, namun sistem bisa,” jelasnya.
Selain berkarya di kampus, Said juga terlibat dalam pengembangan literasi digital di Indonesia. Sebagai anggota Relawan TIK bersama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo). Ia aktif menyosialisasikan etika berinternet.
Etika Sosial
Said menyinggung masalah beretika dalam sosial media masyarakat Indonesia saat ini seperti doxing dan ujaran kebencian di media sosial.
“Kita melihat kecepatan perkembangan teknologi tidak sejalan dengan pemahaman etika digital masyarakat. Penting untuk menanamkan penggunaan teknologi yang positif,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga bagian dari tim pengembangan smart city di Lampung, Said turut memetakan kesiapan teknologi di 15 kabupaten/kota.
“Pemerintah sering memberikan komputer, tapi belum mengukur kebutuhan daerah tersebut. Maka, kami bergerak bersama Kominfo untuk melihat kesiapan teknologi tiap wilayah,” tuturnya.
Visinya melangkah lebih jauh dari sekadar teknologi. Baginya, pendidikan adalah misi untuk memberdayakan dan memotivasi generasi muda.
Di balik kesibukan sehari-harinya, Said tak henti mencari cara agar pembelajaran berbasis digital tidak hanya menjadi alat, tetapi menjadi pengalaman yang bermakna bagi mahasiswa.