Jakarta (Lampost.co) — Isu ancaman bom mewarnai pemilihan umum di Amerika Serikat pada saat pemungutan suara, Selasa (5/11) waktu setempat atau Rabu (6/11) WIB. Ancaman bom diterima di sejumlah lokasi di Negara Bagian Georgia.
Sekretaris Negara Bagian Georgia, Brad Raffensperger menyebut ancaman tersebut berasal dari Rusia dan tidak dapat dipercaya. Raffensperger menyampaikan ancaman tersebut memengaruhi antara lima dan tujuh tempat pemungutan suara di beberapa daerah di Georgia.
“Demi keselamatan publik, Anda selalu memeriksanya. Mereka (Rusia) tampaknya berniat jahat. Mereka tidak ingin kita (AS) memiliki pemilihan yang lancar, adil, dan akurat,” kata Raffensperger mengutip Mediaindonesia.com, Rabu, 6 November 2024.
Baca juga: Menlu Rusia Nyatakan Barat Telah Tandatangani ‘Surat Kematian’ untuk Dolar AS
Pemerintah federal terlibat dalam mengidentifikasi ancaman tersebut. Penegak hukum juga menanganinya.
FBI mengumumkan ancaman bom di tujukan ke lokasi pemungutan suara di beberapa negara bagian. Menurut FBI, ancaman tersebut berasal dari domain email Rusia. Meski begitu, ancaman yang mencuat tidak kredibel.
“Kami akan terus bekerja sama dengan mitra penegak hukum negara bagian dan lokal kami untuk menanggapi setiap ancaman terhadap pemilihan umum kami dan untuk melindungi masyarakat kami saat warga Amerika menggunakan hak mereka untuk memilih,” kata FBI dalam sebuah pernyataan.
Georgia merupakan salah satu dari tujuh negara bagian medan pertempuran utama alias swing states. Konteks demikian menjadikannya target campur tangan asing karena membantu menentukan kontestasi presidensial antara Donald Trump dan Kamala Harris.
Rusia juga di tengarai sebagai dalang atas gangguan lainnya di Georgia. Di antaranya video misinformasi yang beredar di media sosial. Video yang beredar menunjukkan klaim seorang imigran Haiti yang mengaku memberikan berulang kali di Georgia.