Jakarta (Lampost.co) — Pergantian musim dari kemarau ke musim hujan atau sebaliknya sering kali memengaruhi kesehatan. Kondisi cuaca yang berubah, suhu yang tidak stabil, dan kelembapan yang meningkat dapat memicu berbagai gangguan kesehatan.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyakit yang sering muncul di musim pancaroba dan langkah pencegahannya. Berikut beberapa penyakit tersebut seperti yang dipaparkan oleh Lifepal.
1. Influenza
Menurut studi dalam jurnal Viruses (2016), risiko infeksi virus, termasuk influenza, meningkat di cuaca yang lebih dingin dan kering. Virus influenza menyebar cepat dan dapat menginfeksi melalui selaput lendir di hidung dan tenggorokan.
Baca Juga:
Ini 4 Penyakit yang Bisa Datang saat Cuaca Panas
Selama musim pancaroba, sistem kekebalan tubuh cenderung melemah, meningkatkan risiko tertular flu, apalagi ketika aktivitas lebih banyak di dalam ruangan, yang memperbesar peluang penularan virus melalui udara.
Flu memang penyakit yang tidak begitu parah, namun cukup mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk mencegah flu, konsumsilah makanan bergizi, cukup istirahat, minum air putih, tambahkan asupan vitamin untuk kekebalan tubuh, dan pertimbangkan untuk mengambil vaksin flu.
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyakit ISPA menyerang saluran pernapasan akibat infeksi virus atau bakteri. Penyakit ini bisa menular melalui udara atau dari benda yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi batuk, demam, pilek, sakit kepala, nyeri tenggorokan, sesak napas, dan terkadang sinusitis (pilek, demam, nyeri wajah).
Beberapa penyakit yang masuk dalam kategori ISPA yaitu sinusitis, batuk pilek, pneumonia, radang tenggorokan akut (faringitis), Covid-19, dan laringitis akut.
Musim pancaroba memperburuk risiko ISPA akibat perubahan cuaca yang ekstrem. Pencegahan ISPA dapat kita lakukan dengan mencuci tangan secara teratur, menghindari merokok, membatasi kontak tangan dengan wajah, terutama area hidung dan mulut. Kemudian mengonsumsi makanan kaya serat, mengonsumsi vitamin, dan rutin berolahraga.
Jika gejala memburuk, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
3. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit musiman yang rentan terjadi saat musim hujan mulai datang, di mana telur nyamuk Aedes aegypti menetas lebih banyak.
Virus dengue tertular melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya menggigit penderita terinfeksi, dan virus ini berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-12 hari sebelum bisa menular ke manusia. Gejala awal pada fase pertama meliputi demam tinggi yang mendadak, nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan terkadang ruam merah.
Pada fase kritis, biasanya pada hari ketiga hingga hari ketujuh, suhu tubuh menurun, tetapi risiko pendarahan meningkat. Dalam kasus parah, pasien bisa mengalami pendarahan internal, penurunan tekanan darah, dan kelelahan ekstrem.
Pencegahan penyebaran DBD dapat kita lakukan dengan langkah 3M Plus yaitu Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah penyimpanan air, dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Pertimbangkan juga vaksinasi dengue dan segera ke fasilitas kesehatan jika gejala muncul. Pada daerah yang sudah terdapat kasus DBD, biasanya pemerintah setempat melakukan fogging untuk memutus rantai penularan penyakit DBD.
4. Chikungunya
Chikungunya karena virus CHIKV yang tertular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Serupa dengan DBD, penyakit ini menyebar saat nyamuk menggigit orang yang terinfeksi. Gejalanya meliputi demam mendadak, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, mata merah, mual, muntah, dan ruam makulopapular (area merah pada kulit yang tertutupi dengan tonjolan tinggi).
Sama seperti upaya pencegahan DBD, mencegah penularan Chikungunya yaitu dengan 3M Plus, Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah penyimpanan air, dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Selain itu, bisa juga dengan menggunakan lotion anti-nyamuk, mengenakan pakaian panjang, dan menghindari bepergian ke daerah yang tengah mengalami wabah chikungunya.
5. Diare
Gejala diare biasanya dengan frekuensi Buang Air Besar yang meningkat serta dengan konsistensi tinja yang encer karena infeksi virus dan bakteri. Di musim pancaroba, penyakit diare lebih sering terjadi karena infeksi virus seperti rotavirus. Hal ini karena sanitasi yang kurang higienies dan air yang kita konsumsi terinfeksi virus.
Cara mencegah terjadinya diare adalah dengan memastikan air yang kita konsumsi benar-benar matang. Pastikan air minum telah kita masak sampai matang, termasuk hindari konsumsi sayuran dan buah mentah, kecuali yang bisa kita kupas. Selain itu, sering-sering cuci tangan dengan bersih untuk menghindari penyebaran virus dan bakteri melalui tangan.
6. Leptospirosis
Nama penyakit ini mungkin terdengar kurang familiar. Namun, faktanya kasus leptospirosis banyak terdapat di negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Hal ini karena iklim panas dan lembap yang mendukung bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama.
Beberapa hewan yang dapat menularkan bakteri ini meliputi anjing, babi, kuda, sapi, dan tikus. Penularan ke manusia bisa terjadi melalui kontak langsung dengan urine hewan pembawa bakteri atau melalui air, tanah, makanan, atau minuman yang terkontaminasi.
Gejala leptospirosis meliputi demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah, sakit perut, dan munculnya bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat kita tekan.
Karena gejala-gejalanya mirip dengan penyakit lain, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut.