Bandar Lampung (Lampost.co) — Nama Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, belakangan ini menjadi perbincangan hangat. Selain sebagai ketua umum PSSI, rekam jejak kariernya sebagai mantan pemilik dan presiden klub sepak bola legendaris Italia, Inter Milan, menarik perhatian banyak pihak. Terlebih setelah keputusannya memecat pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, dan menggantikan dengan Patrick Kluivert, yang menuai pro dan kontra.
Poin Penting:
-
Erick Thohir ambil alih Inter Milan pada 2013 dan melepas seluruh saham pada 2019.
-
Sejumlah keputusan kontroversial menyertai karier sebagai presiden Inter.
-
Mengganti sejumlah pelatih tanpa menghasilkan gelar scudetto.
Awal Karier Erick Thohir di Inter Milan
Erick Thohir resmi mengambil alih kendali Inter Milan pada 2013, menggantikan Massimo Moratti. Kedatangannya menjadi harapan baru bagi klub yang saat itu mengalami kerugian finansial hingga 180 juta euro. Langkah awal Erick termasuk restrukturisasi manajemen dan janji mendiversifikasi sumber pendapatan klub, terutama dengan memanfaatkan pasar Asia.
Keputusan Kontroversial dan Reaksi Fans
Salah satu keputusan kontroversial Erick adalah rencana barter gelandang Inter Milan, Fredy Guarin, dengan pemain Juventus, Mirko Vucinic, pada Januari 2014. Penolakan keras dari fans Inter memaksa Erick membatalkan kesepakatan tersebut. Ini menunjukkan kepekaannya terhadap suara pendukung, meskipun awalnya mempertanyakan keputusannya.
Baca juga: Pesan Mendalam STY untuk Timnas Indonesia
Perombakan Manajemen dan Skuad
Erick Thohir tidak ragu melakukan perombakan besar-besaran. Ia memecat Direktur Teknik Marco Branca dan menunjuk Piero Ausilio sebagai penggantinya. Dia merekrut beberapa tokoh terkenal, seperti Michael Bolingbroke dari Manchester United dan Claire Lewis dari Apple, untuk memperkuat manajemen.
Namun, perubahan ini tidak langsung membawa hasil positif. Pemecatan Walter Mazzarri dan pengangkatan Roberto Mancini sebagai pelatih baru pada 2015 menandai awal dari periode ketidakstabilan. Erick menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas skuad dengan anggaran terbatas.
Transfer dan Tantangan Finansial
Selama masa kepemimpinannya, Erick Thohir berupaya mendatangkan pemain berkualitas, seperti Lukas Podolski, Xherdan Shaqiri, dan Nemanja Vidic. Namun, banyak dari transfer ini tidak memberikan dampak signifikan. Hanya beberapa pemain, seperti Marcelo Brozovic dan Danilo D’Ambrosio, yang menunjukkan performa konsisten.
Pada musim panas 2015, Roberto Mancini menuntut perombakan besar-besaran. Kedatangan pemain, seperti Felipe Melo, Jovetic, dan Perisic, membawa Inter Milan ke puncak klasemen pada akhir tahun. Namun, penurunan performa drastis pada paruh kedua musim membuat klub kehilangan posisi dan hanya finis di peringkat keempat.
Akhir Kepemimpinan Erick di Inter Milan
Hubungan Erick dengan Mancini memburuk akibat ketidaksepakatan di bursa transfer. Setelah kedatangan raksasa Tiongkok, Suning Group, Mancini dipecat dan menggantikannya dengan Frank de Boer. Keputusan mendatangkan De Boer, yang minim pengalaman di Serie A, menjadi kontroversial dan menuai kritik tajam.
Kepemimpinan De Boer berakhir singkat setelah serangkaian hasil buruk. Setelah pemecatannya, kendali klub beralih sepenuhnya ke Suning Group, dengan keterlibatan Erick Thohir yang semakin menurun. Pada akhirnya, Erick menjual seluruh sahamnya di Inter Milan pada 2019, mengakhiri masa jabatannya yang penuh liku.