Jakarta (Lampost.co) — Pemerintah segera menerapkan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) serta kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN). Kebijakan itu akan berlangsung di tengah industri otomotif Indonesia yang mengalami kontraksi tajam 16,2% sepanjang 2024. Penurunan itu karena melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor.
Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Setia Diarta, memproyeksikan tantangan lebih besar pada 2025.
Kebijakan penundaan opsen pajak kendaraan bermotor dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan sektor otomotif. Selain itu, langkah tersebut juga bisa menjadi strategi untuk menjaga daya beli masyarakat. Termasuk memacu adopsi kendaraan ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik.
Dia menilai industri otomotif memberikan kontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Namun, sektor tersebut berpotensi mengalami penurunan Rp4,21 triliun pada 2024.
Hal itu turut berdampak pada sektor lain, yakni sektor backward linkage hingga Rp4,11 triliun dan sektor forward linkage mencapai Rp3,52 triliun.
“Melihat kondisi ini, Kemenperin mengusulkan penundaan penerapan opsen PKB dan BBNKB kepada pemerintah daerah. Langkah itu penting untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan industri otomotif nasional,” kata Setia, saat diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta.
Atas tantangan itu, Kemenperin mengajukan beberapa usulan insentif kepada pemerintah, termasuk:
- Insentif PPnBM Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) 3% untuk kendaraan hybrid (PHEV, Full, Mild).
- Insentif PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10% untuk kendaraan listrik (EV).
- Penundaan atau keringanan pemberlakuan opsen PKB dan BBNKB, yang diatur di 25 provinsi.
“Kami berharap kebijakan ini bisa membuat industri otomotif tetap kompetitif, baik di pasar domestik maupun global,” ujarnya.
Kinerja Industri Otomotif 2024
Pihaknya mencatat sektor kendaraan bermotor roda empat dan roda dua menunjukkan beberapa capaian produksi dan penjualan di tengah tekanan pada 2024, yaitu:
Kendaraan Bermotor Roda Empat (KBM R4)
- Produksi: 1,19 juta unit (114,3%)
- Penjualan: 865 ribu unit (113,9%)
- Ekspor Completely Built-Up (CBU): 472 ribu unit (16,5%)
Kendaraan Bermotor Roda Dua (KBM R2)
- Produksi: 6,91 juta unit (11,5%)
- Penjualan: 6,33 juta unit (11,5%)
- Ekspor CBU: 572 ribu unit (10,45%)
“Dukungan kebijakan yang tepat juga dapat membuat industri otomotif kembali menjadi pilar utama dalam mendorong perekonomian nasional pada 2025,” kata dia.