SESEKALI saya membaca Hadis Arbain An-Nawawiyah dan terjemahannya di kala senggang. Di dalam Hadis Arbain ini, terdapat cerita atau petuah-petuah serta sabda-sabda Rasulullah saw.
Seperti di hadis pertama, Amirul Mu’minin Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khaththab berkata bahwa dia mendengar Rasulullah saw telah bersabda, “Sesungguhnya, setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya dan sesungguhnya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka, barang siapa yang hijrahnya menuju (keridaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ke arah (keridaan) Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka ia akan mendapatkan apa yang diniatkannya.”
Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadis, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari (orang Bukhara) dan Abu-Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi An-Naisa-buri, di dalam kedua kitab mereka yang paling sahih di antara semua kitab-kitab hadis.
Kemudian, berdasarkan penjelasan dari web Rumaysho.com, hadis ini menjelaskan bahwa setiap amalan benar-benar tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan. Balasannya sangat mulia ketika seseorang berniat ikhlas karena Allah. Berbeda dengan seseorang yang berniat beramal hanya karena mengejar dunia seperti karena mengejar wanita.
Dalam hadis disebutkan contoh amalannya yaitu hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah karena mengejar dunia. Jadi, setiap amalan tergantung pada niatnya, maka niatkanlah karena Allah swt, balasannya sangat mulia, jangan niatkan kepada yang lain. Apalagi, di bulan Ramadan ini, amalan perbuatan kita akan dilipatgandakan.
Apabila amalan perbuatan kita diniatkan untuk mengejar dunia, apalagi bercampur riya, maka janganlah kita lakukan. Berdasarkan penjelasan dari Rumaysho.com, jika riya ada dalam semua ibadah, riya seperti ini hanya ditemukan pada orang munafik dan orang kafir. Jika ibadah dari awalnya tidak ikhlas, ibadahnya tidak sah dan tidak diterima.
Niat awal dalam ibadahnya ikhlas, namun di pertengahan ia tujukan ibadahnya pada makhluk, maka ibadahnya juga batal. Niat awal dalam ibadahnya ikhlas, namun di pertengahan ia tambahkan dari amalan awalnya tadi kepada selain Allah.
Misalnya, dengan ia perpanjang bacan Alquran dari biasanya karena ada temannya, maka tambahannya ini yang dinilai batal. Namun, niat awalnya tetap ada dan tidak batal. Inilah amalan yang tercampur riya. Semoga kita bisa menghindari yang namanya riya ini.
Ricky Marly, Wartawan Lampung Post