Bali (Lampost.co)–Direktur Center for The Sustainable Development Goals Universitas Bandar Lampung (SDGs Center UBL) Dr. Eng. Fritz Akhmad Nuzir, hadir dalam Thematic Panel of Expert Climatec-Resilient and Inclusive Cities (CRIC). Kegiatan terselenggara oleh United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG-ASPAC) di Nusa Dua, Bali, Senin, 28 Oktober 2024.
Akademisi program studi Arsitektur UBL sekaligus Ketua Tim Penulis Dokumen Rencana Aksi Iklim Kota Bandar Lampung menjelaskan paparannya dalam kegiatan ini.
“Saya berkesempatan memaparkan progres dokumen Rencana Aksi Iklim untuk kota Bandar Lampung yang Pokja Iklim Pemekot rencanakan. Dokumen ini bagian yang terpadu dengan upaya peningkatan kapasitas pemerintah kota mencakup aspek-aspek kebijakan perubahan iklim dan Sustainable Development Goals (SDGs),” terang Fritz, Rabu, 30 Oktober 2024.
Baca Juga: Tantangan Perubahan Iklim Butuh Strategi Kolaboratif
“Selanjutnya terkait bagaimanakah basis ilmiah perubahan iklim, inventarisasi emisi GRK dan target pengurangannya. Ini sebagai bagian dari komponen mitigasi perubahan iklim dan penilaian kerentanan serta resiko perubahan iklim dan target adaptasinya. Semua hal tersebut merupakan komponen adaptasi perubahan iklim yang bertujuan mengambil aksi segera memerangi perubahan iklim. Juga dampaknya karena perubahan iklim di kota Bandar Lampung,” jelasnya.
Penyusunan dokumen yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan setempat ini dilakukan oleh tim penyusun dengan bekerja sama dengan Pokja Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung juga tim CRIC. Penyusunan berdasarkan hasil dari rangkaian kegiatan Pelatihan Rencana Aksi Perubahan Iklim dan Pendampingan Teknis dari tim UCLG-ASPAC.
Kegiatan yang bertema “Towards Inclusive and Resilient Ecosystem and Waste Management for Sustainable Cities” berlangsung hingga 31 Oktober 2024.
Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas membuat kegiatan ini dan menghadirkan para ahli dari berbagai benua yang berbagi pengalaman dan pengetahuan. Baik dalam penanganan sampah serta upaya menghadapi perubahan.
Program ini juga mendapat dukungan Uni Eropa dan melibatkan mitra pelaksana untuk meningkatkan kapasitas pemerintah 10 kota percontohan di Indonesia. Tujuannya merencanakan dan menanggulangi dampak perubahan iklim serta mempromosikan kerja sama triangular antara kota – kota dan pusat penelitian di Eropa, Asia Selatan dan Asia Tenggara.