Bandar Lampung (Lampost.co): Perubahan iklim terus menghadirkan tantangan nyata bagi masyarakat, khususnya di wilayah rawan bencana seperti Kampung Baru Tiga, Kelurahan Panjang Utara, Bandar Lampung. Banjir berulang, cuaca ekstrem, dan degradasi lingkungan mendorong perlunya langkah bersama yang terencana dan berkelanjutan. Menjawab kondisi tersebut, Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) melalui Integrated Terminal (IT) Panjang menjalankan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Siaga dan Bersihkan Panjang Utara (SIGAP).
Melalui Program SIGAP, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel memasang 50 biopori untuk meningkatkan daya serap air, memasang tiga lampu tenaga surya, serta menggelar pelatihan budidaya maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organik. Perusahaan juga memberikan edukasi pengurangan sampah dengan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan perusahaan menjadi fondasi utama dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan tangguh.
Baca juga: Pertamina Pastikan Pasokan BBM dan LPG di Lampung Aman Jelang Nataru
Program SIGAP memadukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Selain menekan sumber pemanasan global, program ini membantu masyarakat tetap aman dan produktif di tengah cuaca yang semakin sulit diprediksi. Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel memperkuat komitmen ini, terutama di wilayah rentan seperti Panjang Utara.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Panjang Utara, Nur Rachmad, menyebut program SIGAP lahir dari kebutuhan nyata masyarakat.
“Kampung kami rawan banjir. Setelah berdiskusi dengan masyarakat, pemerintah, dan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, kami sepakat memulai langkah-langkah sederhana namun efektif, seperti pembuatan biopori dan pengelolaan sampah sebagai upaya mitigasi bencana di Kampung Baru Tiga,” ujarnya.
Penerima Manfaat Program
Salah satu penerima manfaat, Rina, mengaku merasakan langsung dampak positif program tersebut.
“Dulu saat hujan deras air cepat menggenang. Sekarang biopori mempercepat resapan air, lampu tenaga surya membantu penerangan malam hari, dan pelatihan maggot membuat kami mampu mengelola sampah dapur secara mandiri,” ungkapnya.
Hasil kajian Yayasan Spora Greens Indonesia menunjukkan bahwa Program SIGAP memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Program ini menghemat energi penerangan hingga 388,8 kWh per tahun, mengurangi 63 kg sampah plastik yang menekan emisi sebesar 0,189 ton CO₂ per tahun, serta mengelola 8.640 kg sampah organik melalui budidaya maggot, yang mampu menurunkan potensi emisi metana hingga 194,4 kg CH₄ per tahun.

Komitmen Program Perusahaan
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, menegaskan bahwa program ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan.
“Aksi mitigasi dan adaptasi lingkungan ini sejalan dengan visi pemerintah dalam menekan sumber perubahan iklim sekaligus membantu masyarakat beradaptasi. Keberhasilan program seperti ini bergantung pada kolaborasi yang kuat antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel akan terus mendukung upaya bersama tersebut,” katanya.
Melalui Program SIGAP, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel menunjukkan kontribusi nyata TJSL dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya Tujuan 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), Tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan Tujuan 15 (Ekosistem Daratan). Dengan semangat kolaborasi dan kepedulian lingkungan, program ini menjadi contoh bahwa aksi sederhana mampu menghadirkan dampak besar bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News








