Jakarta (Lampost.co)–Inalillahi, Direktur RS Indonesia di Gaza, Dr. Marwan Al-Sultan, tewas bersama keluarganya usai kediamannya dihantam bom oleh Israel di Tal al-Hawa, Barat Daya Gaza, Rabu, 2 Juli 2025.
Tercatat total ada 9 korban jiwa dan sejumlah korban mengalami luka-luka dalam serangan tersebut.
“Dengan penuh duka yang mendalam, saya sampaikan berita yang memilukan tentang gugurnya dr. Marwan Sultan dan keluarganya setelah terjadi serangan langsung di rumah mereka,” kata relawan lokal MER-C, di Gaza, dari akun X-nya, Rabu, 2 Juli 2025.
Wakil Menteri Luar Negeri RI Anis Matta juga menyampaikan duka cita atas tewasnya Marwan. Ia turut mendoakan almarhum.
“Dr. Marwan dan keluarganya bertahan hingga titik darah penghabisan, di tempat perjuangan yang telah berulang kali dibom dan dihancurkan. Semoga Allah swtT mencatat pahala dan syahidnya almarhum berserta keluarganya,” kata Anis Matta.
Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha menyebut bahwa Kementerian Luar Negeri terus memantau perkembangan RS Indonesia usai serangan tersebut. Ia juga menyampaikan dukanya, dan menegaskan bahwa sang direktur bukanlah seorang WNI.
“Kami memonitor pemberitaan mengenai wafatnya dr. Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza. Kami turut berduka atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan. Almarhum bukan warga negara Indonesia,” ucap Judha.
RS Indonesia
Rumah Sakit Indonesia adalah sebuah rumah sakit yang terletak di Bait Lahia, Kegubernuran Gaza Utara, Jalur Gaza, Palestina.
Pembangunan rumah sakit mulai tahun 2011 di atas tanah seluas 16.000 meter persegi sumbangkan dari pemerintah Gaza. Proyek ini menelan biaya sebesar Rp126 miliar dan pendanaannya donasi dari masyarakat dan organisasi Indonesia seperti Palang Merah Indonesia dan Muhammadiyah. Penggalangan dana melalui organisasi kemanusiaan Indonesia, Medical Emergency Rescue Committee. Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla meresmikan rumah sakit ini pada 9 Januari 2016.
Rumah sakit ini memiliki 100 tempat tidur bangsal, 4 ruang operasi, dan unit perawatan intensif dengan 10 tempat tidur.
Stafnya terdiri dari sekitar 400 orang Palestina, yang di gaji oleh kementerian kesehatan Gaza, dan beberapa sukarelawan dari Indonesia.