Raja Ampat (Lampost.co)–Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, resmi menutup sementara aktivitas wisata di dua destinasi unggulan, yakni Pulau Wayag dan Pulau Manyaifun. Kebijakan ini guna menjaga kenyamanan wisatawan setelah muncul penolakan dari sejumlah warga terdampak pencabutan izin tambang nikel.
Info Terkini:
- Penutupan wisata berdampak langsung pada homestay milik warga, karena penghentian sementara kegiatan pariwisata.
- Sepanjang 2024, sekitar 30.000 wisatawan kunjungi Raja Ampat dan menyumbang Rp150 miliar PAD/Tahun.
- Wisata yang ditutup adalah Pulau Wayag dan Manyaifun selama ini dikenal sebagai destinasi unggulan Raja Ampat.
Penutupan ini dipicu reaksi dari warga yang sebelumnya dijanjikan bekerja di sektor pertambangan nikel. Mereka merasa kehilangan sumber mata pencarian usai pencabutan empat izin usaha pertambangan (IUP) oleh pemerintah pusat pada 10 Juni 2025.
“Kami menerima keputusan itu demi keamanan dan kenyamanan wisatawan, tapi kami meminta ini tidak terlalu lama. Kami berharap segera ada jalan tengah,” ujar Boby Mambraku (29), warga dan pengelola homestay di Pulau Manyaifun, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Sabtu, 14 Juni 2025.
Baca Juga: Pemerintah Cabut Empat Izin Usaha Pertambangan di Raja Ampat, Hanya PT Gag yang Bertahan
Boby menyebutkan ada sembilan homestay milik warga yang terdampak langsung akibat penghentian sementara kegiatan pariwisata. Bahkan, warga yang bekerja di pariwisata terpaksa membatalkan sejumlah pemesanan paket wisata dalam beberapa hari terakhir.
“Sejauh ini situasi masih kondusif. Tapi kami berharap pemerintah segera bertindak karena ini menyangkut penghidupan kami. Ini murni usaha mandiri warga, bukan bantuan pemerintah,” tambahnya.
Di sisi lain, kelompok warga yang terdampak langsung oleh pencabutan IUP melakukan aksi penolakan terhadap aktivitas wisata, termasuk dengan memasang spanduk larangan di dermaga dan sekitar homestay. Penolakan tersebut terjadi di Pulau Manyaifun dan Wayag, masing-masing berasal dari pekerja tambang di Pulau Batangpele dan Pulau Kawe.
Baca Juga: Ngeri! Tambang Nikel Rusak Ekosistem di Raja Ampat
Ketua Asosiasi Homestay Raja Ampat, Kristian Sauyai, mendukung kebijakan pemerintah sebagai bentuk perlindungan terhadap wisatawan. Namun, ia mendesak agar Pemkab Raja Ampat segera menemukan solusi konkret sebelum 20 Juni 2025.
“Di atas tanggal itu, pesanan wisata mulai meningkat. Jika tidak ada kejelasan, makin banyak pemesanan yang dibatalkan,” tegasnya.
Kristian menekankan bahwa pariwisata merupakan penggerak utama ekonomi Raja Ampat. Sepanjang 2024, sekitar 30.000 wisatawan—70 persen di antaranya wisatawan mancanegara—mengunjungi Raja Ampat dengan kontribusi mencapai Rp150 miliar per tahun terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, memastikan pemerintah akan hadir untuk semua lapisan masyarakat dan mencari jalan tengah yang menguntungkan semua pihak.
“Kami ingin semua tenang, tidak ada yang kecewa. Pemerintah hadir berarti kami siap mencarikan solusi bersama,” kata Orideko.
Dijanjikan Bekerja di Tambang
Ia menjelaskan bahwa sekitar 50 warga Manyaifun sebelumnya rencananya akan bekerja di tambang nikel di Batangpele. Kini, dengan pencabutan izin, warga tersebut merasa kehilangan masa depan pekerjaan mereka.
Meski dua destinasi ditutup sementara, Orideko memastikan bahwa kegiatan wisata di lokasi lain di Raja Ampat tetap berjalan normal. Pemerintah juga berkomitmen menjaga stabilitas sosial dan kelestarian lingkungan.
Wakil Ketua II DPRD Raja Ampat, Bermon Sauyai, menambahkan bahwa gejolak antara kepentingan tambang dan pariwisata telah berlangsung lama. Menurutnya, masyarakat Raja Ampat memiliki aspirasi yang beragam: sebagian menolak tambang karena potensi kerusakan lingkungan, sementara sebagian lain mendukung tambang demi alasan ekonomi.
“Tugas kita mencari titik temu, agar masyarakat tidak terbelah dan pembangunan tetap berkelanjutan,” ujarnya.
Pulau Wayag dan Manyaifun selama ini dikenal sebagai destinasi unggulan Raja Ampat. Keelokan Pulau Wayag, dengan puncaknya yang menjulang 150 meter dari permukaan laut, menjadi magnet bagi wisatawan petualang. Sementara Manyaifun menawarkan keindahan bawah laut serta akses strategis ke destinasi seperti Piaynemo dan Wayag.