Surakarta (Lampost.co) — Sultan Keraton Surakarta Hadiningrat, Pakubuwono XIII (PB XIII) meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025). PB XIII dimakamkan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul, Rabu (5/11/2025).
Kabar duka ini mendapat perhatian besar dari berbagai keraton nusantara. Salah satunya, Pangeran Edward Syah Pernong, Sultan Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung ke-23. Beliau hadir melayat dan menyerukan pesan persatuan serta penghormatan terhadap tradisi keraton.
“Kami terkejut dan berduka cita atas kepergian beliau… Semoga Keraton Surakarta makin sejuk. Harapan kami, persatuan dan kesatuan NKRI akan semakin kokoh,” ujar Pangeran Edward Syah Pernong setelah prosesi melayat.
Hubungan Keraton Nusantara dan Tradisi Melayat
Menurut laporan, kehadiran Pangeran Edward Syah Pernong merupakan bagian dari tradisi dan hubungan kekeluargaan antar keraton. Ia menegaskan bahwa keraton-keraton di Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Nusantara.
“Hubungan kekeluargaan kami sangat erat, bahkan sejak PB XII… Kami seluruh raja dan sultan se-Nusantara mendukung kebijakan untuk kebaikan bersama,” katanya.
Rombongan melayat juga meliputi unsur Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) yang datang ke Surakarta untuk menyampaikan belasungkawa secara simbolis.
Makna Kultural dan Keagamaan dari Wafatnya PB XIII
Menurut Pangeran Edward, wafatnya Pakubuwono XIII bukan hanya kehilangan pemimpin keraton, tetapi juga salah satu titik refleksi bagi generasi muda agar menjaga marwah keraton masing-masing daerah.
“Yang terpenting ke depan ialah bagaimana generasi selanjutnya seluruh Nusantara menjaga marwah keraton mereka,” tegasnya.
Kegiatan melayat dan prosesi pemakaman di Imogiri menjadi simbol penghormatan terhadap tradisi kerajaan dan nilai persatuan bangsa. Dalam prosesi tersebut, semua tata cara keraton Surakarta dijalankan dengan penuh khidmat.
Pesan Persatuan dan Harmoni dari Ledakan Tradisi
Pangeran Edward menutup pernyataannya dengan pesan agar gelombang simpati atas wafatnya PB XIII menjadi momentum untuk memperkuat persatuan dan menjaga keberagaman di Indonesia.
“Kita hormati tata cara Keraton Surakarta dalam prosesi pemakaman hingga akhir. Mari kita jaga bersama warisan budaya dan persatuan ini,” tambahnya.








