Bandar Lampung (Lampost.co)– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung mencatat pada Selasa, 4 Februari 2025 terjadi hujan lebat disertai dengan angin kencang atau biasa disebut angin puting beliung terjadi di daerah setempat.
Koordinator Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Radin Inten II, Lampung, Rudi Hariyanto mengatakan angin puting beliung yang terjadi pada pukul 15.45 WIB, mengakibatkan puluhan rumah rusak di Lampung.
“Angin tersebut memiliki kecepatan mencapai 41,9 kilometer per jam, selain itu juga kami mencatat adanya 73 kali kilat saat puncak cuaca ekstrem terjadi,” kata Rudi saat diminta keterangan.
Pada saat yang bersamaan, hujan deras juga mengguyur sejumlah daerah Lampung. Berdasarkan data BMKG Lampung, curah hujan tercatat mencapai 61 milimeter.
Fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) memicu pembentukan awan hujan akibat konvergensi massa udara, kelembapan tinggi, dan suhu permukaan laut yang hangat.
“Proses ini mendorong pertumbuhan awan cumulonimbus yang berpotensi menyebabkan hujan lebat, badai petir, dan cuaca ekstrem, termasuk di Lampung,” kata dia.
Dia menambahkan, cuaca ekstrem di Lampung juga dipicu oleh pembentukan Bibit Siklon 90 yang kini telah berkembang menjadi Siklon Tropis Vince.
Angin puting beliung yang melanda Kota Bandar Lampung, pada Selasa sore kemarin, membuat puluhan rumah warga dan sejumlah perkantoran rusak. Angin kencang dan hujan deras juga membuat pohon-pohon besar bertumbangan.
Adapun atas kejadian cuaca ekstrem tersebut, angin puting beliung terlihat di Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung dan daerah Soekarno-Hatta (Bypass) Bandar Lampung tepatnya di Kantor Harian Lampung Post.
Menurut Rudi, puting beliung memang berpotensi menyebabkan kerusakan signifikan pada bangunan, pohon tumbang, serta gangguan jaringan listrik.
Selain itu, tingginya aktivitas listrik di dalam awan juga dapat meningkatkan peluang terjadinya hujan es di beberapa lokasi.
“Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama saat mendengar suara guntur yang berulang, karena ini menandakan bahwa badai masih aktif dan potensi cuaca ekstrem masih berlangsung. Bagi nelayan dan aktivitas luar ruangan lainnya, sebaiknya menghindari wilayah tersebut,” katanya.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News