Bandar Lampung (Lampost.co) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan prakiraan musim kemarau. Untuk Provinsi Lampung, awal musim kemarau terjadi pada bulan April, Mei dan Juni 2025. Sementara puncak musim kemarau perkiraannya terjadi pada Juni, Agustus dan September 2025.
Hal tersebut tersampaikan dalam buletin prakiraan musim kemarau 2025 Provinsi Lampung yang Lampost.co kutip, Jumat, 21 Maret 2025. Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Lampung, Indra Purna menyampaikan informasi prakiraan musim kemarau tahun 2025 Provinsi Lampung ini berdasarkan pengolahan dan analisis data hujan. Untuk wilayah Provinsi Lampung yang terdiri dari 180 pos hujan dan meliputi 12 Zona Musim (ZOM).
Kemudian ia menyampaikan prakiraan musim kemarau 2025 secara umum. Pertama, awal musim kemarau 2025 pada 12 Zona Musim (ZOM) prakiraan umumnya mulai bulan Juni 2025 sebanyak 4 ZOM (33%). Bulan Mei 2025 sebanyak 6 ZOM (50%) dan bulan April 2025 sebanyak.2 ZOM (17%).
Kedua, apabila membandingkan terhadap normalnya selama 30 tahun (1991- 2020). Awal musim kemarau 2025 umumnya mundur dari normalnya sebanyak 1 ZOM (8%). Sama dengan normalnya sebanyak 6 ZOM (50%) dan maju dengan normalnya sebanyak 5 ZOM (42%).
Ketiga, sifat hujan selama musim kemarau 2025 sebagian besar Zona Musim (ZOM). Prakiraannya Atas Normal (AN) sebanyak 6 ZOM (50%) dan Normal (N) sebanyak 6 ZOM (50%).
Keempat, puncak musim kemarau 2025 prakiraannya akan terjadi pada bulan Juni 2025 sebanyak 7 ZOM (58%). Lalu Agustus 2025 sebanyak 4 ZOM (33%), dan September sebanyak 1 ZOM (8%).
Kelima, durasi musim kemarau 2025 sebagian besar Zona Musim (ZOM) prakiraannya 3-6 Dasarian sebanyak 2 ZOM (16,6%). Lalu 7-9 Dasarian
sebanyak 1 ZOM (8,3%). Kemudian 10-12 Dasarian sebanyak 1 ZOM (8,3%). Selanjutnya 13-15 Dasarian sebanyak 3 ZOM (25%). Serta 16-18 Dasarian sebanyak 4 ZOM (33,3%), dan 19-21 Dasarian sebanyak 1 ZOM (8,3%).
Analisis dan Prediksi Dinamika Atmosfer
Dinamika atmosfer dan laut terpantau dan terprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam. Meliputi El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD). Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut Indonesia.
Kemudian monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut akan terjadi pada Musim Kemarau 2025 adalah :
-
Monitoring dan Prakiraan Fenomena El Niño/La Nina dan Dipole M
El Nino – La Nina (El Niño Southern Oscillation; ENSO)
Pada awal Maret 2025. kondisi suhu permukaan laut Pasifik Tengah Ekuator (Nino3.4 region) berada pada kondisi ENSO Netral dengan indeks bernilai +0.30. BMKG memprediksi fenomena tersebut akan berlanjut hingga menjelang akhir tahun 2025, yaitu sekitar bulan Oktober 2025.
Prediksi tersebut sejalan dengan prediksi dari beberapa pusat layanan iklim dunia lainnya. Nilai indeks ENSO yang Netral mengindikasikan potensi intensitas curah hujan pada saat musim kemarau 2025 akan sesuai klimatologisnya.
Dipole Mode atau Indian Ocean Dipole (IOD)
Pemantauan kondisi IOD pada bulan Maret 2025 menunjukkan terjadinya kondisi Dipole Mode Netral dengan indeksnya sebesar -0.31. Secara umum menurut BMKG dan beberapa pusat layanan iklim dunia lainya. seperti NASA, BOM dan NMME (North American Multi Model Ensemble).
Kondisi IOD terprediksi bertahan Netral hingga September 2025. Hal ini mengindikasikan potensi intensitas curah hujan pada saat musim kemarau akan sesuai klimatologisnya.
-
Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia-Australia, ITCZ, dan Suhu Permukaan Laut Indonesia
Sirkulasi Monsun Asia – Australia
Pada bulan Maret 2025. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb menunjukkan wilayah Indonesia masih terdominasi oleh aliran angin baratan (Monsun Asia). Dan akan berlangsung hingga awal April 2025 dengan intensitas lebih lemah daripada klimatologisnya.
Untuk angin timuran (Angin Australia) terprediksi mulai memasuki wilayah Indonesia bagian utara ekuator. Seperti Sumatera bagian utara, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara Maluku Utara dan Papua bagian utara. Dengan intensitas yang relatif sama dengan pola klimatologisnya serta mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia mulai bulan April hingga Mei 2025.
Hal ini mengindikasikan perubahan aliran angin baratan (Monsun Asia) menuju angin Timuran (Monsun Australia). atau masa transisi musim akan terjadi hampir seluruh wilayah Lampung pada saat memasuki bulan April 2025 mendatang.
Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ).
Posisi ITCZ pada bulan Desember 2024 sudah terpantau berada pada utara ekuator. Dan akan bergerak ke arah selatan menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya.
Pada bulan Januari dan Februari 2025, ITCZ terprediksi berada pada posisi sedikit lebih ke utara daripada klimatologisnya. Dari hal tersebut mengindikasikan terdapat potensi penambahan intensitas hujan. Pada saat Puncak Musim Hujan 2024/2025 (bulan Februari hingga Maret 2025) yang berada pada kondisi nilai normalnya.
Monitoring dan Prakiraan Suhu Permukaan Laut (SPL) Indonesia
Kondisi anomali SPL sekitar wilayah Indonesia pada bulan Januari hingga awal Maret 2025. Secara umum terprediksi akan terdominasi dengan kondisi anomali SPL Normal hingga Anomali Positif (lebih hangat) dengan indeks kisaran +0.5 hingga +1.0°C.
Kondisi ini terprediksi akan bertahan pada periode April hingga bulan September 2025 mendatang. Nilai indeks SPL yang hangat ini mengindikasikan adanya potensi penambahan curah hujan. Terlebih pada saat menjelang Puncak Musim Kemarau 2025 Provinsi Lampung mendatang.