Bandar Lampung (Lampost.co)— Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Siklon Tropis Trami turut mempengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia.
Siklon ini terpantau berada di Laut Filipina dan bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan angin maksimum 50 knot. BMKG menjelaskan siklon ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin.
Terutama di wilayah Kalimantan timur dan utara, Sulawesi utara, serta Maluku Utara. Dengan kecepatan angin lebih dari 25 knot (46 km/jam).
Dalam 24 jam ke depan, kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Trami prediksinya meningkat hingga kategori 2 dan akan bergerak ke arah barat barat laut menuju Laut Cina Selatan.
Siklon ini juga perkiraannya membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang membentang di Laut Cina Selatan. Laut Sulu, dan Laut Filipina, serta menyebabkan peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot di sekitar siklon tersebut.
Daerah konvergensi juga terpantau di Selat Malaka, Aceh, Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Laut Natuna, perairan selatan NTB, Laut Timor. Laut Arafuru, Papua Barat, dan pesisir utara Papua.
Sementara, daerah pertemuan angin (konfluensi) terlihat memanjang dari Sumatra bagian tengah hingga Laut Cina Selatan. Samudra Hindia barat Sumatra, dan Samudra Pasifik timur laut Papua. Siklon ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan daerah konvergensi atau konfluensi.
Selain Siklon Tropis Trami, sejumlah dinamika atmosfer lainnya juga mempengaruhi pertumbuhan awan hujan di wilayah yang terkena konvergensi/konfluensi tersebut.
Curah Hujan
BMKG mencatat, faktor global seperti SOI dan Nino 3.4 tidak signifikan dalam meningkatkan curah hujan di Indonesia. Namun IOD mulai mempengaruhi cuaca di wilayah barat Indonesia. Aktivitas MJO pada fase 5 di Wilayah Maritim turut berkontribusi dalam pembentukan awan hujan di Indonesia.
BMKG juga menyebutkan bahwa gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan aktif di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Arafura, Papua Selatan, dan Filipina, yang berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan.
Gelombang atmosfer Kelvin juga diperkirakan aktif di beberapa wilayah, termasuk Samudra Hindia barat Sumatra, Kalimantan Barat, dan Papua.
Pada sore hingga malam hari, BMKG memprediksi potensi hujan di wilayah Pulau Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara, yang merupakan ciri peralihan menuju musim hujan. Hujan ini perkiraannya terjadi secara sporadis dan dalam durasi singkat.