Jakarta (Lampost.co) — Fenomena doom spending menjadi strategi bagi anak muda untuk mengelola kecemasan terkait keuangan dan situasi ekonomi yang lebih luas. Namun, kebiasaan itu berisiko merusak kesehatan keuangan dalam jangka panjang.
Doom spending adalah istilah untuk pengeluaran berlebihan pada barang atau pengalaman mewah, seperti perjalanan. Laporan Euro News menyebut banyak orang yang merasa menabung tidak ada gunanya karena merasa tidak akan mencapai tujuan keuangan. Akibatnya, generasi itu memilih untuk hidup di masa sekarang dan mengabaikan masa depan.
Terapi belanja itu bukan hal baru. Konsumerisme lama digunakan untuk memperoleh kepuasan instan, terutama saat orang merasa sedih. Namun, doom spending memperburuk masalah itu dengan memicu utang, ketiadaan tabungan, hingga kekurangan dana pensiun.
Survei dari Credit Karma menunjukkan generasi Z dan milenial lebih cenderung berbelanja sebagai pelarian dari kekhawatiran. Hal itu pada 43 persen milenial dan 35 persen Gen Z dengan sering melakukan pengeluaran berlebihan.
Iona Bain, pendiri Young(ish) Money, mengatakan berbelanja sebagai cara yang mudah dan tidak membutuhkan banyak usaha untuk menenangkan diri. Ekonomi konsumen lama bergantung pada keyakinan untuk membeli barang baru bisa memulihkan suasana hati.
Salah satu alasan utama ketidakmampuan membeli aset seperti rumah atau apartemen, akibat situasi ekonomi dan tingginya suku bunga hipotek.
Survei Credit Karma mengungkapkan 16% Gen Z merasa cemas tentang keamanan pekerjaan, 23% kekurangan pekerjaan bergaji tinggi, dan 21% terhadap penurunan upah. Sementara 71 persen dari Gen Z dan milenial merasa khawatir tentang masa depan keuangan yang memicu perilaku pembelian impulsif.
Popularitas aplikasi buy now, pay later (beli sekarang, bayar nanti) serta pengaruh media sosial yang terus-menerus mempromosikan produk, turut mendorong fenomena itu.
Cara Mengatasi Pengeluaran Berlebihan
Menurut Louise Hill, salah satu pendiri GoHenry, menilai penting untuk mengajari anak muda kekuatan finansial terletak pada literasi keuangan. Memiliki tujuan tabungan, menolak tekanan teman sebaya, dan menemukan cara sehat untuk mengatasi kecemasan akan memberi masa depan finansial lebih cerah.
Untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu itu, berikut beberapa langkah yang bisa kedua generasi itu ambil:
1. Buat Buku Harian Pengeluaran
Mencatat apa yang dibeli, bagaimana perasaan saat membeli, dan pembelajaran yang didapat dari pengalaman tersebut. Hal itu bisa membantu memahami pola pengeluaran.
2. Batasi Penggunaan Medsos dan Aplikasi Belanja
Hapus aplikasi belanja atau batasi waktu untuk menggunakan media sosial agar tidak terjebak dalam pengeluaran impulsif.
3. Unfollow Influencer
Berhenti mengikuti influencer yang kerap mempromosikan barang-barang mewah bisa membantu mengurangi dorongan untuk membeli.
4. Cari Kegiatan Pengganti Menenangkan
Ganti kebiasaan berbelanja dengan aktivitas lain, seperti yoga, mandi busa, atau berjalan-jalan.
5. Tetapkan Anggaran Bulanan
Buat anggaran yang realistis dan tetapkan batas pengeluaran untuk berbagai kategori, seperti hiburan, makanan, dan transportasi. Mengikuti anggaran akan membantu lebih sadar akan pengeluaran dan mencegah belanja impulsif.
6. Prioritaskan Menabung Sebelum Belanja
Terapkan metode “pay yourself first,” dengan menyisihkan sebagian penghasilan untuk tabungan atau investasi. Hal itu sebelum mengalokasikan uang untuk belanja atau kebutuhan lainnya.
7. Gunakan Metode 24 Jam
Jika merasa tergoda untuk membeli sesuatu yang tidak penting, berikan waktu 24 jam sebelum melakukan pembelian. Hal itu memberi waktu untuk mempertimbangkan pembelian tersebut benar-benar perlu atau tidak.
8. Hindari Pembelian dengan Kartu Kredit
Berbelanja dengan kartu kredit dapat membuat pengeluaran tidak terasa nyata karena tidak langsung mengeluarkan uang tunai. Coba untuk lebih sering menggunakan uang tunai atau kartu debit agar lebih sadar terhadap pengeluaran.
9. Tingkatkan Literasi Keuangan
Ikuti kursus keuangan pribadi atau baca buku tentang literasi keuangan. Makin memahami cara mengelola uang akan kecil kemungkinannya untuk melakukan pengeluaran impulsif.
10. Buat Tujuan Keuangan Jangka Panjang
Memiliki tujuan keuangan jangka panjang, seperti membeli rumah atau pensiun dengan nyaman, bisa memberikan motivasi untuk menahan godaan belanja impulsif dan lebih fokus menabung.
11. Temukan Support System
Bergabung dengan komunitas yang mendukung kebiasaan menabung atau ikuti tantangan keuangan bersama teman-teman. Hal itu bisa membantu tetap bertanggung jawab terhadap tujuan keuangan.
Dengan menerapkan berbagai strategi ini, kamu dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari dampak buruk dari doom spending.