Bandar Lampung (Lampost.co) — Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung melaporkan inflasi tahunan pada September 2025 mencapai 1,17 persen. Angka itu naik dari bulan sebelumnya yang tercatat 1,05 persen, meski lebih rendah daripada September 2024 mencapai 2,16 persen.
Statistisi Ahli Madya BPS Lampung, Nila Fridhowati, menjelaskan kenaikan harga barang dan jasa menjadi faktor utama inflasi. “Harga barang dan jasa naik 1,17 persen pada September 2025, lebih tinggi daripada Agustus,” kata Nila, dalam rilis bulanan BPS, Rabu, 1 Oktober 2025.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat inflasi tertinggi dengan 5,02 persen dan andil 1,65 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya juga ikut meningkat dengan inflasi 5,71 persen dan andil 0,10 persen.
Beberapa komoditas yang paling memengaruhi inflasi antara lain bawang merah dengan andil 0,65 persen, emas perhiasan 0,35 persen, cabai merah 0,26 persen, beras 0,14 persen, serta daging ayam ras 0,13 persen. “Bawang merah menjadi penyumbang terbesar inflasi September 2025 di Lampung,” ujar dia.
Meski sejumlah harga naik, ada beberapa komoditas yang justru menekan laju inflasi. Biaya sekolah menengah atas turun dengan andil deflasi 0,86 persen, sekolah menengah pertama 0,40 persen, bawang putih 0,13 persen, bensin 0,04 persen, dan cumi-cumi 0,04 persen.
Inflasi bulanan di Lampung pada September 2025 tercatat 0,16 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang terbesar dengan inflasi 1,18 persen dan andil 0,08 persen. Emas perhiasan menjadi faktor dominan pada kelompok tersebut dengan menyumbang inflasi bulanan 0,05 persen.
Inflasi Daerah
BPS juga mencatat variasi inflasi antarwilayah di Lampung. Inflasi tertinggi terjadi di Lampung Timur dengan 2,44 persen dan indeks harga konsumen (IHK) 111,18.
Sementara itu, inflasi terendah tercatat di Kota Bandar Lampung 0,37 persen dengan IHK 106,97. Di Kota Metro, inflasi mencapai 1,99 persen dengan IHK 107,48, sedangkan Mesuji mencatat inflasi 2,35 persen dengan IHK 112,75.
Menurut dia, pergerakan inflasi menunjukkan perlunya langkah pengendalian harga, khususnya pada komoditas pangan strategis.
Sementara kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan petani penting untuk menjaga stabilitas harga agar daya beli masyarakat tetap terjaga. “Harga pangan masih menjadi faktor paling berpengaruh terhadap stabilitas inflasi Lampung,” ujarnya.