Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemadaman listrik besar-besaran (blackout) di wilayah Sumatra, termasuk Lampung menjadi peristiwa luar biasa. Gangguan tersebut bisa timbul karena berbagai faktor eksternal dan internal, tetapi menyebabkan dampak signifikan di berbagai sektor kehidupan.
Situasi akibat dari gangguan jaringan transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 275 KV Lubuk Linggau – Lahat. Terganggunya sistem interkoneksi itu menyebabkan kondisi kelistrikan di sebagian wilayah Sumatra.
Pakar Elektronika Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung, Syamsyarief Baqaruzi, mengatakan sistem transmisi Lubuk Linggau – Lahat merupakan bleed system.
BACA JUGA: Ratusan Warga Cas Ponsel hingga Kerja di Masjid Dampak Listrik Lampung Padam Lebih dari 24 Jam
Sistem itu saling terhubung dan mencakup beberapa wilayah Sumatra untuk menjaga keandalan pasokan listrik. “Sehingga, sistem kelistrikan menjadi lebih stabil dan efisien,” kata Syarief.
Ketua Tim Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Lampung itu menilai Tol Listrik Sumatra 275 kV yang resmi sejak Juni 2019.
Program tersebut layak beroperasi dengan mengantongi rekomendasi laik bertegangan (RLB) yang memiliki verifikasi dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementrian ESDM.
Dosen Teknik Elektro itu melanjutkan tol Listrik Sumatra sebagai backbone penyaluran energi listrik dari Sistem Sumatra bagian selatan menuju Sumatra bagian utara.
Sebutan Tol Listrik Sumatra karena luasnya membentang di sepanjang jalur Lahat – Lubuk Linggau – Bangko – Muara Bungo – Kiliranjao – Paya Kumbuh – Padang Sidempuan – Sarula – Simangkok – Galang dengan panjang 2.866 kilometer sirkit (kms).
Manfaat Tol Listrik Sumatra itu untuk mengevakuasi daya listrik murah dari pembangkit-pembangkit listrik di Sumatra Selatan menuju ke arah utara Sumatra.
Hal itu akan menurunkan biaya pokok produksi (BPP) listrik dan meningkatkan keandalan karena terinterkoneksinya listrik dari Selatan hingga Utara Sumatra.
“Untuk mengatasi ketidaknormalan yang terjadi, seharusnya selalu melakukan pemeliharaan rutin. Tugas itu di bagian operasional dan Unit Pusat Pengatur Beban. Hal itu sesuai code conduct dan pedoman operasional dan saya yakin selalu dan rutin PLN lakukan,” ujar dia.
Pemeliharaan Tepat
Sementara, pemeliharaan yang tepat dan teratur sangat penting untuk mencegah terjadinya gangguan besar yang terjadi saat ini. Sedangkan, pembangkit tenaga listrik di Lampung sudah memenuhi beban puncak di Lampung sendiri.
Namun, beberapa jenis pembangkit memang merespons dengan lambat atau membutuhkan waktu untuk meningkatkan output, seperti pembangkit jenis PLTU.
“Sistem pengendalian dan pengaturan beban mungkin tidak terancang untuk dengan cepat mengalihkan pasokan listrik dari pembangkit lokal ke jaringan yang lebih luas,” kata dia.
Untuk itu, butuh percepatan program transmisi 275 KV dengan pembangkit-pembangkit mini yang tersebar. Hal itu untuk membantu menopang sebagian daerah yang masih belum teraliri listrik.
Selain itu, peremajaan beberapa aset PLN juga tidak kalah penting menjadi perhatian. Mulai dari area pembangkitan, transmisi, dan distribusi, serta respon terhadap teknologi baru dalam modernisasi perangkat. Semua itu menjadi tulang punggung kelistrikan sangat perlu.
Langkah lainnya juga perlu dengan menambah kapasitas gardu induk dan mengembangkan fasilitas penyimpanan energi seperti baterai besar. Upaya itu untuk menyimpan surplus energi dan melepaskannya saat ada kebutuhan mendesak sehingga dapat menjadi solusi.
Menurut dia, pemulihan dari blackout listrik tidak selalu bisa dengan cepat karena beberapa alasan teknis dan operasional yang kompleks.
Identifikasi penyebab gangguan terutama pada saluran transmisi yang lebih kompleks sehingga membutuhkan waktu. Sebab, sistem kelistrikan terdiri dari dari banyak komponen yang saling berhubungan dan gangguan pada satu bagian bisa berpengaruh ke bagian lainnya.
“Sejauh ini, PLN melakukan langkah yang tepat dengan melakukan penormalan dari pemadaman listrik secara bertahap. Itu untuk menghindari lonjakan beban yang bisa menyebabkan gangguan tambahan,” ujar dia.
Meski memakan waktu yang cukup lama, ia menekankan pentingnya untuk memastikan stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan. Untuk mengatasi dan mencegah terulangnya kejadian serupa, perlu perbaikan dan peningkatan sistem kelistrikan.
Termasuk pemeliharaan rutin, percepatan program transmisi, pengembangan fasilitas penyimpanan energi, dan modernisasi perangkat kelistrikan.
“Langkah-langkah itu bisa membuat sistem kelistrikan menjadi lebih stabil dan andal serta mampu merespons dengan cepat terhadap gangguan yang terjadi,” kata dia.