Jakarta (Lampost.co)— Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI), Rifki Ismal, menyatakan bahwa pemahaman keuangan syariah di kalangan pegawai non-PNS masih sangat rendah.
Menurutnya, hanya sedikit dari pegawai non-PNS yang mengerti keuangan syariah. Meskipun jumlah mereka sangat besar. Hal ini ia sampaikan dalam acara “Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah” di Jakarta, Kamis, 26 September 2024.
Rifki juga menambahkan bahwa pemahaman keuangan syariah lebih tinggi di kalangan PNS dan dosen. Serta di daerah dengan mayoritas penduduk Muslim dan tingkat religiusitas yang tinggi.
Seperti provinsi yang memiliki banyak pesantren dan ulama. Sebaliknya, di provinsi di mana Muslim bukan mayoritas, tingkat literasi lebih rendah.
“Berdasarkan survei terbaru BI, tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai keuangan sosial Islam, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf, juga masih belum merata,”ucapnya.
Banyak masyarakat hanya mengenal wakaf sebagai sesuatu yang terkait dengan masjid, kuburan, atau panti asuhan. Padahal di dunia internasional, konsep wakaf sudah lebih luas.
Rifki mencontohkan bahwa Universitas Al-Azhar di Mesir dibangun di atas tanah wakaf, sementara endowment fund Harvard University jauh melebihi cadangan devisa Indonesia.
Dalam situasi ini, Rifki menekankan pentingnya peran jurnalis untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai keuangan sosial Islam.
Dengan literasi ekonomi syariah di Indonesia yang hanya 28 dari 100 orang menurut survei BI 2022, jurnalis di harapkan bisa tidak hanya membuat masyarakat paham.
“Tetapi juga mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam pengembangan keuangan sosial Islam,”pungkasnya.