Bandar Lampung (Lampost.co) — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung memastikan inflasi September 2025 masih berada dalam kondisi terkendali. Secara tahunan, indeks harga konsumen (IHK) Lampung mencatat inflasi 1,17 persen (yoy).
Kepala BI Lampung, Bimo Epyanto, menjelaskan angka tersebut sedikit lebih tinggi daripada inflasi Agustus 2025 mencapai 1,05 persen (yoy). Meski demikian, inflasi Lampung masih jauh lebih rendah daripada inflasi nasional yang mencapai 2,65 persen (yoy).
BI Lampung mencatat, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi pendorong utama inflasi. Komoditas cabai merah, daging ayam ras, dan emas perhiasan menyumbang inflasi masing-masing 0,13 persen; 0,12 persen; dan 0,05 persen (mtm).
Kenaikan harga cabai merah dipicu berakhirnya masa panen sehingga pasokan turun. Sementara harga daging ayam naik karena berkurangnya pasokan DOC (day old chicks) dan tren itu akan berlanjut hingga November.
“Untuk emas perhiasan, lonjakan harga mengikuti kenaikan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat,” kata Bimo.
Meski sejumlah harga naik, inflasi September tertahan deflasi pada beberapa komoditas. Bawang merah menyumbang deflasi 0,26 persen, vitamin 0,03 persen, dan tomat 0,03 persen (mtm).
Penurunan harga terjadi karena peningkatan pasokan seiring masuknya masa panen dari sejumlah sentra produksi di Lampung.
Proyeksi Inflasi Lampung 2025
BI Lampung memperkirakan inflasi provinsi tetap stabil dalam rentang sasaran nasional 2,5±1 persen (yoy) sepanjang 2025. Dia menekankan pentingnya koordinasi dengan pemerintah daerah untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan strategis.
“Inflasi Lampung masih sehat dan terkendali. Pengendalian harga pangan dan sinergi seluruh pihak membuat inflasi terproyeksi tetap terjaga dalam target nasional,” kata Bimo.
Meskipun inflasi tetap terjaga, BI mengingatkan risiko kenaikan harga pangan masih perlu waspada. Berkurangnya pasokan ayam ras hingga akhir tahun dan fluktuasi harga komoditas global seperti emas bisa memberi tekanan tambahan.
BI Lampung mendorong upaya stabilisasi harga melalui pemantauan pasokan dan distribusi pangan. Termasuk kerja sama erat dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).