Jakarta (Lampost.co) — Mcdonald’s mengumumkan laporan keuangan tiga bulanan di tengah masih berlangsungnya boikot produknya di berbagai negara. Aksi itu akan terus mempengaruhi penjualan restoran tersebut di masa depan.
Eksekutif Kepala McDonald’s, Chris Kempczinksi, menilai boikot tidak makin parah. Namun, dia tidak bisa meramal aksi tersebut akan berakhir sehingga kondisi keuangan perusahaan waralaba itu kembali normal.
“Kami tidak akan melihat perbaikan yang berarti hingga perang berakhir,” kata Kempczinski, mengutip dari Media Indonesia, Rabu, 1 Mei 2024.
BACA JUGA: Begini Dampak Boikot terhadap Produk McDonald dan Starbucks
Penjualan McDonald’s terbukti terpukul saat cabangnya di Israel mengumumkan memberikan ribuan makanan gratis kepada prajurit ‘Negeri Zionis’ pada Oktober lalu.
Hal itu berdasarkan janji pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dari cabang McDonald’s di Kuwait dan Qatar. Keduanya atas pengelolaan terpisah dari cabang di Israel.
Namun, sebagian besar restoran McDonald’s di Timur Tengah beroperasi di bawah kesepakatan waralaba. Sehingga, tidak mendapatkan investasi apa pun dari perusahaan induknya.
Sementara itu, McDonald’s sepakat mengambil alih Alonyal awal bulan ini yang selama 30 tahun membangun 225 restoran McDonald’s di Israel. Perusahaan itu mempekerjakan lebih dari 5 ribu orang.
McDonald’s mengakui pengaruh terbesar dari boikot berasal dari Timur Tengah, Malaysia, dan Indonesia, serta Prancis. Negara-negara tersebut memiliki komunitas Muslim yang besar.